Kamis, 29 April 2010

PERJALANAN TENGAH MALAM

Dengar, anak-anakku, dan kamu akan mendengar

Pada perjalanan tengah malam dari Paul Revere.

Perjalanan tengah malam Paul Revere terjadi beberapa waktu yang lalu pada saat Amerika dipimpin oleh raja Inggris.

Ada ribuan prajurit Ingris di Boston. Raja telah mengirimkan mereka kesana untuk membuat orang-orang mematuhi hukumnya yang tidak adil. Prajurit tersebut menjaga jalan di kota; mereka tidak akan membiarkan seorangpun keluar atau datang tanpa ijin mereka.

Orang-orang tidak menyukainya. Mereka berkata,” Kita memiliki hak untuk menjadi orang merdeka, tetapi raja memperlakukan kita sebagai budak. Dia membuat kita membayar pajak dan tidak memberikan kita apa-apa sebagai balasan. Dia mengirimkan prajuritnya diantara kita untuk mengambil kemerdekaan kita.

Seluruh rakyat tergerak. Orang pemberani meninggalkan rumah mereka dan bergegas ke Boston.

Mereka berkata, “Kita tidak mengharapkan perang melawan raja tetapi kami adalah orang yang merdeka dan dia seharusnya tidak mengirimkan prajuritnya untuk menindas kami. Jika orang-orang Boston harus berjuang untuk kebebasan mereka, kami akan membantu mereka.”

Orang-orang tersebut tidak takut pada prajurit raja. Beberapa dari mereka berkemah di Charlestown, sebuah desa dekat Boston. Dari bukit Chalestown mereka dapat melihat apa yang dilakukan prajurit raja.

Mereka berharap untuk siap mempertahankan diri mereka sendiri, jika prajurit mencoba untuk melukai mereka. Untuk alasan ini mereka telah membawa mesiu dan menyimpannya di Concord, kira-kira dua puluh satu mil jaraknya.

Pada saat prajurit raja mendengar mesiu ini, mereka berfikir untuk pergi keluar dan mendapatkannya untuk mereka sendiri.

Diantara pengamat di Charlestown ada seorang pemuda pemberani bernama Paul Revere. Dia siap melayani negaranya dengan berbagai cara yang dia bisa lakukan.
Suatu hari seorang temannya yang tinggal di Boston datang mengunjunginya. Dia datang sangat tenang dan rahasia, untuk kabur dari prajurit.

“Saya punya sesuatu untuk diberitahukan kepadamu,” katanya. “Beberapa dari prajurit raja akan pergi ke Concord untuk mendapatkan mesiu yang ada disana. Mereka akan siap memulainya larut malam nanti.”

“Tentu saja!” kata Paul Revere.”Mereka sebaiknya menemukan tidak ada mesiu, jika saya dapat membantunya. Saya akan menggerakkan semua petani antara sini dan Concord, dan semua pengikut akan memiliki waktu pengejaran untuk itu. Tetapi kamu harus membantu saya.”

“Saya akan lakukan yang saya bisa,” kata temannya.

“Kalau begitu,” kata Paul Revere, “kamu harus pergi ke Boston dan awasi.
Awasi dan begitu prajurit siap memulai, gantung lentera pada menara tua North Church. Jika mereka menyebrang sungai, gantungkan dua. Saya disini, siap. Segera setelah saya melihat cahaya, saya akan menunggang kuda saya dan menungganginya keluar untuk memberi alarm.”

Dan itulah yang dilakukan.
Pada saat malam datang, Paul Revere berada di sisi sungai dengan kudanya. Dia melihat kesekeliling Boston. Dia tahu dimana North Church berdiri, tetapi dia tidak dapat melihat banyak dalam kegelapan.

Jam demi jam dia berdiri dan melihat. Kota yang terlihat masih ada; tetapi sekarang dan kemudian dia dapat mendengar drum yang dipukul atau sorak sorai beberapa prajurit.

Bulan merah dan dengan cahayanya dia dapat melihat cahaya suram dari menara gereja, jauh sekali, dia mendengar jam sepuluh. Dia menunggu dan mengawasi.

Jam berdentang sebelas. Dia mulai merasakan lelah. Mungkin prajurit telah menyerah pada rencana mereka.

Dia berjalan dan turun ke pinggir sungai, memimpin kudanya dibelakangnya;
Tetapi dia menjaga matanya selalu kedepan ke cahaya, tanda gelap yang dia tahu adalah North Church.

Pada suatu kali cahaya berkelip dari menara.”Ah! ini dia!” dia berteriak, Prajurit telah memulainya.
Dia berbicara dengan kudanya. Dia menaruh kakinya pada behel. Dia siap menunggang.

Kemudian ada kilasan cahaya yang jelas dan terang dari sisi yang pertama. Prajurit akan menyebrangi sungai.



Paul Revere membuka dalam pelananya. Seperti burung yang yang dilepaskan, kudanya melompat. Dan mereka pergi jauh.

Mereka pergi jauh melalui jalan pedesaan dan keluar pada jalan negara. “Bangun! bangun! “ teriak Paul Revere. “Prajurit datang ! bangun! Bangun! Dan pertahankan diri masing-masing!”

Teriakan membangunkan petani; mereka melepaskan diri dari tempat tidur dan melihat keluar. Mereka tidak dapat melihat kecepatan kuda, tetapi mereka mendengar gerak jalan jauh di jalan dan mereka mengerti teriakan, “Bangun! Bangun! Dan pertahankan diri kalian masing-masing!”

“Ini adalah alarm! Mantel merah datang,”kata mereka satu dengan yang lain.
Kemudian mereka mengambil senjata mereka, kampak mereka, apapun yang dapat mereka temukan dan bergegas keluar.

Jadi sepanjang malam itu, Paul Revere menunggang ke Concord. Di setiap rumah gudang dan setiap desa dia mengulangi panggilannya.

Alarm segera tersebar. Senjata ditembakkan. Bell berbunyi. Orang-orang dari bermil-mil jauhnya dibangunkan walaupun kebakaran mengamuk.

Prajurit raja terkejut menemukan semua orang terbangun disepanjang jalan. Mereka marah karena rencananya terbongkar.

Pada saat mereka sampai di Concord, mereka membakar gedung pengadilan disana.

Di Lexington, tidak jauh dari Concord, ada perkelahian yang menyolok dimana beberapa orang terbunuh. Ini, dalam sejarah sebut Perang Lexington. Inilah awal dari perang yang disebut Perang Revolusioner. Tetapi prajurit raja tidak menemukan bubuk senjata. Mereka cukup senang untuk berbaris tanpanya. Sepanjang jalan petani menunggu mereka. Sepertinya semua orang di negara itu menunggu mereka. Dan mereka tidak merasa diri mereka sendiri aman sampai mereka sekali lagi ada di Boston.

0 komentar:

Posting Komentar