Kamis, 29 April 2010

BAGAIMANA PANGERAN BELAJAR MEMBACA

Seribu tahun yang lalu anak-anak tidak belajar untuk membaca. Buku sangat langka dan sangat berharga, hanya beberapa orang yang dapat membacanya.

Setiap buku ditulis dengan pena atau kuas. Gambar dilukis dengan tangan, dan beberapa diantaranya sangat indah. Sebuah buku yang bagus kadang seharga rumah yang bagus.

Pada waktu itu bahkan ada beberapa raja yang tidak dapat membaca, mereka lebih perhatian pada perburuan dan perkelahian daripada belajar.

Disana ada raja yang memiliki empat anak laki-laki, Ethelbald, Ethelbert,
Ethelred, and Alfred. Ketiga anaknya yang tua kuat, anak laki-laki yang tengah bertumbuh; yang terkecil Alfred adalah anak yang ramping dan cukup berambut.

Suatu hari saat bersama ibu mereka, ibunya menunjukkan mereka buku yang bagus dimana beberapa teman yang kaya memberikan kepadanya. Dia membalikkan halaman dan menunjukkan mereka surat-surat yang aneh. Dia menunjukkan mereka gambar, dan mengatakan pada mereka bagaimana mereka telah digambar dan dilukis.

Mereka sangat mengagumi buku itu karena mereka belum pernah melihat sesuatu yang seperti itu, “Tetapi bagian terbaik dari cerita yang akan dikatakannya,” kata ibunya. “Hanya jika kamu dapat membaca, kamu dapat mempelajari ceritanya dan menikmatinya. Sekarang saya berfikir untuk memberikan buku ini ke salah satu dari kalian”

“Apakah ibu akan memberikannya pada ku?” tanya Alfred kecil.

“Saya akan memberikannya ke seseoarang yang pertama kali dapat membaca didalamnya” dia menjawab.

“Saya yakin saya lebih memilih memiliki haluan yang bagus dengan panah-panahnya” kata Ethelred

“Dan saya akan lebih memilih memiliki burung elang muda yang sudah dilatih untuk berburu” kata Ethelbert.

“Jika saya pendeta atau seorang biarawan” kata Etherbald,”saya akan belajar membaca. Tetapi saya seorang pangeran, dan adalah bodoh untuk seorang pangeran membuang waktunya untuk hal seperti itu.”

“Tetapi daya ingin tahu cerita yang akan dikatakan buku ini,” kata Alfred.


II

Satu minggu berlalu, dan kemudian suatu pagi, Alfred pergi ke kamar ibunya dengan tersenyum, dan muka yang gembira.

“Ibu,”katanya, “ apakah ibu mengijinkan saya melihat buku yang bagus itu sekali lagi?”

Ibunya membuka lemari yang tidak terkunci dan mengambil isi berharga dari tempat itu sebagai penyimpanan yang aman.

Alfred membukanya dengan jari-jari yang hati-hati. Kemudian dia mulai dengan kata pertama di halaman pertama dan membaca cerita pertama tanpa membuat satu kesalahan.

“O anakku, bagaimana kamu belajar melakukannya?” teriak ibunya.

“Saya meminta pada biarawan, Bang Felix, untuk mengajari saya,” kata Alfred.” Dan setiap hari sejak ibu menunjukkan saya buku, dia sudah memberikan pelajaran. Itu tidak mudah untuk mempelajari huruf-huruf tersebut dan bagaimana mereka diletakkan bersama-sama untuk membuat satu kata. Sekarang, Bang Felix bilang saya dapat membaca hampir sebaik dirinya.”

“Betapa baiknya!” kata ibunya.

“Betapa bodohnya!” kata Ethelbald.

“Kamu akan menjadi biarawan yang baik saat kau besar,” kata Ethelred dengan senyum sinis.


Tetapi ibunya menciumnya dan memberikannya buku yang bagus itu. “Hadiahnya milikmu, Alfred,” katanya. “Saya yakin apakah kamu akan besar menjadi seorang biarawan atau seorang raja, kamu akan menjadi seorang yang bijaksana dan orang terhormat.”

Dan Alfred tumbuh menjadi raja terbijak dan terhormat yang pernah dimiliki Inggris. Dalam sejarah dia disebut Alfred yang Agung.

0 komentar:

Posting Komentar