Kamis, 29 April 2010

BERBICARA SEPOTONG

Dua anak-anak, saudara laki-laki dan saudara perempuan, mereka sedang berjalan ke sekolah. Mereka berdua sangat kecil. Yang laki-laki berusia empat tahun dan yang perempuan belum genap enam tahun.

”Ayo, Edward kita harus buru-buru,” kata saudara perempuannya. “ Kita tidak boleh terlambat.” Dengan satu tangannya, saudara laki-lakinya melekat pada tangan saudara perempuannya dan tangan lainnya memegang bawaannya.

Bawaannya hanyalah bukunya, dan dia sangat menyayanginya. Cover bukunya berwarna biru terang, yang sangat hati-hati supaya tidak terkena kotor. Dan didalamnya ada beberapa gambar kecil yang aneh, yang dia tidak pernah lelah melihatnya.
Edward dapat mengeja hampir semua kata pada bawaannya dan dia dapat membaca cukup baik.

Sekolahnya berjarak lebih dari satu mil dari rumah mereka, dan anak-anak berderap secepat kaki kecil mereka dapat membawa mereka.

Pada satu tempat dimana ada dua jalan bersilangan, mereka melihat seorang pria tinggi datang menemui mereka. Dia berpakaian hitam dan memiliki wajah yang sangat menyenangkan.

"Oh, Edward, itu Mr. Harris!" bisik perempuan kecil itu. “ Jangan lupa tata karma.”

Mereka sangat senang melihat Mr.Harris, karena dia adalah kepala sekolah. Mereka berhenti disisi jalan dan menunjukkan kesopanan mereka. Edward membungkuk, dan kakaknya juga membungkuk.

“Selamat pagi anak-anak!” kata kepala sekolah; dan dengan baiknya menjabat tangan keduanya.

“Saya punya sesuatu disini untuk si kecil Edward,” katanya. Kemudian dia mengambil dari kantongnya selembar kertas dimana beberapa sajak ditulis.

“Lihat ! ini adalah pidato kecil yang pernah saya tulis untuknya. Gurunya segera menyuruhnya berbicara sepotong di sekolah, dan saya yakin dia dapat belajar dengan mudah dan berbicara dengan baik juga”

Edward mengambil kertas itu dan berterima kasih atas kebaikan kepala sekolah.
“Ibu akan membantunya mempelajari ini”, kata kakaknya.
“Ya, saya akan coba untuk mempelajarinya,” kata Edward.

“Lakukanlah, anakku,”kata kepala sekolah” dan saya harap pada saat kamu bertumbuh kamu akan menjadi pria bijaksana dan orator hebat.”

Kemudia kedua anak itu segera ke sekolah.
Pidatonya tidak sulit untuk dipelajari dan Edward segera mengetahui kata didalamnya. Pada saat tiba waktunya untuk dia berbicara, ibunya dan kepala sekolah ada disana untuk mendengarnya.

Dia berbicara begitu baik dan membuat semua orang senang. dia melafalkan setiap kata dengan jelas, seperti dia berbicara dengan teman sekolahnya.

Apakah kamu mau membaca pidatonya? Seperti dibawah ini:

Berdoa, bagaimana saya seharusnya, seorang anak laki-laki yang kecil,
Berbicara membuat sebuah figure?
Anda hanya lelucon, yang saya takutkan—
Hanya tunggu saja sampai saya lebih besar

Tetapi sejak anda berharap mendengar bagian saya,
Mendorong saya untuk memulainya,
Saya akan berusaha keras untuk pujian dengan seluruh hati saya
Walaupun sedikit harapan untuk memenangkannya.

Saya akan beritahu sebuah kisah bagaimana petani John
seekor anak kuda jantan keturunan dauk, pak,
Yang setiap malam dan setiap pagi
Dia beri air dan dia beri makan, pak.

Kata tetangganya Joe ke Petani John,
“kamu pasti orang bodoh, pak,
Untuk menghabiskan waktu dan perhatian
Ke seekor anak kuda yang tidak berguna, pak.”

Kata Petani John ke tetangganya Joe,
“saya membawa dauk kecil saya bertumbuh
Bukan untuk betapa baiknya yang dapat dia lakukan sekarang,
Tetapi yang akan dilakukannya pada saat dia bertumbuh.”

Moral yang dapat anda lihat dengan sederhana,
Untuk menjaga kebohongan dari memanjakan
Anak kuda yang anda pikirkan adalah saya—
Saya mengetahuinya dari senyum anda.

Dan sekarang, temanku, mohon maaf
Untuk bicara saya yang pelat dan gagap;
Saya, untuk kali ini, telah melakukan yang terbaik,
Dan sehingga—saya akan menjaga kesopanan saya.

Anak laki-laki kecil itu namanya adalah Edward Everett. Dia bertumbuh dan menjadi pria terkenal dan satu dari orator terhebat.

0 komentar:

Posting Komentar