Kamis, 29 April 2010

PELUIT

Dua ratus tahun yang lalu, disana tinggal di Boston seorang anak laki-laki kecil bernama Benjamin Franklin.

Pada hari itu dia berumur tujuh tahun, dan ibunya memberikannya beberapa penny.

Dia melihat gembira, potongan kuning itu dan berkata,” Apa yang sebaiknya saya lakukan dengan tembaga ini, ibu?”

Itu adalah uang pertama yang pernah dia miliki.
“kamu dapat membeli sesuatu, yang kamu inginkan,” kata ibunya.

“Dan kemudian apakah ibu akan beri lagi?” dia bertanya.
Ibunya mengelengkan kepala dan berkata:” Tidak, Benjamin. Saya tidak dapat beri kamu lagi, Jadi kamu harus hati-hati jangan membelanjakannya dengan bodoh.”

Sobat kecil ini berlari ke jalan. Dia mendengar gemerincing penny dalam kantongnya. Betapa kayanya dia.

Boston sekarang adalah kota besar, tetapi pada saat itu hanyalah sebuah kota kecil. Tidak ada banyak toko disana.
Saat Benjamin berlari ke jalan, dia bingung dengan apa yang harus dia beli. Apakah sebaiknya dia beli permen? Dia dengan susah mengetahui bagaimana rasanya. Apakah sebaiknya dia membeli mainan yang bagus? Jika dia satu-satunya anak dalam keluarga, sesuatu dapat menjadi berbeda. Tetapi ada empat belas anak laki-laki dan perempuan yang lebih tua darinya, dan dua saudara perempuan yang lebih muda.

Betapa besar keluarganya! Dan ayahnya adalah seorang yang miskin. Tidak heran jika anak laki-lakinya tidak pernah memiliki mainan.
Dia belum pergi jauh saat dia bertemu dengan anak laki-laki yang lebih besar, yang meniup sebuah peluit.
“Saya harap saya dapat memiliki peluit itu,” katanya.

Anak laki-laki yang besar itu melihatnya dan meniupkannya lagi. Oh, betapa bagusnya suara yang dihasilkan!

“aku punya beberapa penny,” kata Benjamin. Dia memegangnya dalam tangannya dan menunjukkannya kepada anak laki-laki tersebut. “Kamu dapat memilikinya, jika kamu memberikan peluit itu.” ”Semuanya?”

“Ya, semuanya.”

“Jadi, ini adalah penawaran,” kata anak laki-laki tersebut; dan memberikan peluit itu ke Banjamin dan mengambil uangnya.

Benjamin Franklin kecil sangat bahagia; dia baru tujuh tahun. Dia berlari ke rumah secepat yang dia bisa, meniup peluitnya saat berlari.

“Lihat, ibu,” katanya,”Saya membeli sebuah peluit.”

“Berapa harga yang kamu bayar untuk membelinya?”

“Semua penny yang ibu berikan.”

"Oh, Benjamin!"

Satu dari saudara laki-lakinya memintanya untuk melihat peluitnya.

“well,well!” katanya.”kamu membayar harga yang mahal untuk barang seperti ini. Ini hanya peluit satu penny, dan jelek untuk itu."

“kamu dapat membeli setengah lusin peluit seperti itu dengan uang yang ibu berikan,”kata ibunya.

Anak laki-laki itu melihat kesalahan yang dia buat. Peluit tidak lagi membuatnya senang. Dia melemparnya ke lantai dan mulai menangis.


“Tidak apa-apa, anakku,” kata ibunya, dengan lembut. “Kamu hanya anak laki-laki kecil tujuh tahun, dan kamu akan mempelajari transaksi besar saat kamu bertumbuh besar. Pelajaran yang kamu pelajari hari ini adalah jangan bayar terlalu mahal untuk sebuah peluit.” Benjamin Franklin hidup menjadi pria yang sangat tua tetapi dia tidak pernah melupakan pelajaran itu.

Setiap anak laki-laki dan perempuan pasti ingat nama Benjamin Franklin. Dia adalah seorang pemikir besar dan pelaku hebat, dan bersama dengan Washington dia menolong negara Amerika merdeka. Hidupnya seperti tidak ada seseorang yang mengatakan ,”Ben Franklin memperlakukan saya tidak adil.”

0 komentar:

Posting Komentar