Kamis, 29 April 2010

BOM

Pernahkah kamu mendengar Raja Charles ke Dua belas, dari Swedia? Dia hidup dua ratus tahun yang lalu, dan terkenal karena keberaniannya mempertahankan negaranya.

Suatu hari dia berada ditengah peperangan yang besar. Rumah kecil yang menjadi perlindungannya hampir berada diantara dua pasukan.

Dia memanggil pegawainya dan menyuruhnya duduk dan menulis sebuah perintah pendek untuknya.

Pegawainya mulai menulis, tetapi baru saja selesai menuliskan satu kata, sebuah bom datang melalui atap rumah dan mementur lantai dekatnya. Dia menjatuhkan pena dan bangkit berdiri. Dia menjadi pucat ketakutan. “ada apa?” tanya raja.

“Oh, tuan,” dia menjawab,”bom! Bom!”

“Ya, saya tahu,” kata raja.” Tetapi apa yang bom lakukan dengan apa yang saya suruh untuk kamu tulis? Duduklah dan ambil pena mu. Saat negara dalam bahaya, kamu harus melupakan keamanan dirimu sendiri.”

JENDRAL DAN RUBAH

Disana ada seorang jendral Yunani yang bernama Aristomenes. Dia adalah seorang yang pemberani dan semua orang sebangsanya mencintainya.

Suatu kali, bagaimanapun, dalam pertempuran yang besar dengan Spartan, pasukannya dikalahkan dan dia dimasukkan penjara.

Pada hari itu, orang-orang belum belajar untuk baik terhadap musuh mereka. Dalam perang, mereka kejam dan bengis; karena perang selalu membuat orang seperti itu.

Spartans membenci Aritomenes. Dia sudah memberikan mereka persoalan besar dan mereka berharap untuk menghancurkannya.

Di sebuah gunung dekat kota mereka, ada jurang sempit atau sebuah lubang dalam batu. Itu sangat dalam, dan tidak ada jalan untuk memanjat keluar dari situ.

Para Spartan berkata satu dengan yang lainnya,”Mari kita lempar sobat ini kedalam jurang batu. Kemudian kita yakin bahwa dia tidak akan membuat masalah dengan kita lagi.”

Sehingga prajurit ikut serta naik ke gunung dan menempatkannya pada tepi lubang batu yang menganga.” Cari tempat dimana kita mengirim semua musuh kita,” kata mereka. Dan mereka melemparnya kedalam.

Tidak ada yang tahu bagaimana dia lolos dari hancur berkeping-keping. Beberapa orang Yunani mengatakan ada elang yang menangkapnya dengan paruhnya dan membawanya tidak terluka ke bawah. Tetapi itu tidak mungkin.


Saya pikir dia pasti jatuh ke beberapa semak dan tanaman merambat yang tumbuh dibeberapa bagian jurang. Dan pada perkiraan tertentu dia tidak terluka banyak.

Dia meraba-raba sekeliling pada cahaya suram, tetapi tidak menemukan jalan untuk lolos. Dinidng batu mengelilinginya disetiap sisi. Tida ada tempat dimana dia dapat meletakkan kakinya untuk memanjat keluar.

Selama tiga hari dia berada di penjara yang asing. Dia menjadi lemah karena lapar dan haus. Dia berharap mati dari kelaparan.

Tiba-tiba dia terkejut dengan suara didekatnya. Sesuatu bergerak diantara batu dan dibawah jurang. Dia melihat dengan sunguh-sungguh dan segera melihat seekor rubah besar datang kedepannya.

Dia ada dengan tenang sampai hewan itu sangat dekat. Kemudian dia muncul dengan cepat dan menangkap ekornya.

Rubah yang ketakutan itu berlari secepat yang dia bisa; dan Aristomenes mengikuti, memgang ekornya. Dia berlari ke celah yang sempit dimana dia tidak pernah lihat sebelumnya, dan walaupun panjang, jalannya gelap, sedikit lecar cukup untuk badan manusia.

Aristomenes berpegangan. Dan akhirnya melihat sinar jauh diatas kepalanya. Itu adalah cahaya matahari yang menyinari pada jalan masuk lintasan. Tetapi segera jalannya menjadi terlalu sempit untuk dilewati badannya. Apa yang harus dia lakukan? Dia melepaskan rubah itu, rubah itu berlari keluar. Dan kemudian dengan pekerjaan yang sulit, dia mulai memperlebar jalan lintasan. Disini batunya lebih kecil, dan dia segera menghilangkan mereka sampai cukup muat untuk dilalui. Dalam waktu yang singkat dia bebas dan dalam udara terbuka.

Beberapa hari setelah ini para Spartan mendengar berita asing: “Aristomenes menjadi kepala pasukan Yunani lagi. “Mereka tidak dapat percaya.

SEBUAH PELAJARAN DALAM SEBUAH KEADILAN

Alexander raja Mecedon. Berharap menjadi tuan dari seluruh dunia. Dia memimpin pasukannya melalui banyak negara. Dia merampas kota-kota, dia membakar kota, dan menghancurkan ribuan nyawa.

Pada akhirnya, jauh di timur, dia datang ke tanah yang belum pernah dia dengar sebelumnya. orang-orang disana tidak tahu tentang perang dan penaklukan. Walaupun mereka sangat kaya, mereka hidup sederhana dan damai dengan semua dunia.

Shah atau pempimpin orang-orang tersebut, pergi keluar menemui Alexander dan menyambutnya di negeri mereka. Dia memimpin raja yang besar itu ke istananya dan memohon untuk bisa makan malam dengannya.

Saat mereka duduk di meja, pelayan dari shah berdiri untuk menyajikan makanan, mereka membawa seperti buah-buahan, kacang-kacangan, kue dan yang enak lainnya; tetapi saat Alexander hendak makan, dia menemukan bahwa semua terbuat dari emas.

“Apa!” katanya,”apakah kamu makan emas dinegri ini?”

“Kami sendiri makan makanan biasa,” jawah Shah.” Tetapi kami mendengar bahwa hasrat anda adalah emas yang menyebabkan anda meninggalkan negri anda sendiri; dan dengan demikian kami berharap kami memuaskan selera anda.”

“Bukan karena emas saya datang kesini,” kata Alexander.” Saya datang untuk belajar adat istiadat dari rakyat anda.”

“Baiklah kalu begitu,: kata shah,”tinggallah dengan saya beberapa saat dan amati apa yang anda bisa.”


Sementara shah berbicara dengan raja, dua orang negarawan datang masuk.” Tuanku,” kata satunya,”kami memiliki perselisihan pendapat, dan berharap anda untuk menyudahi persoalan ini.”

“Katakan pada saya,” kata shah.

“Baiklah, ini adalah jalan,” jawab orang itu:” saya membeli sebagian tanah dari tetangga saya, dan membayarnya harga yang sesuai untuk itu. Kemarin, saat saya menggalinya, saya menemukan sebuah kotak penuh dengan emas dan permata. Harta ini bukan milik saya, karena saya hanya membeli tanah; tetapi saat saya menawarkan ke tetangga saya dia menolaknya.”

Orang kedua kemudian berbicara dan berkata,”benar saya menjual tanah padanya, tetapi saya tidak menyediakan sesuatu yang akan dia temukan didalamnya. Harta itu bukan milik saya dan karenanya saya tidak ingin mengambilnya.”

Shah duduk tenang sebentar, seperti saat dia berfikir. Kemudian katanya ke orang pertama,” apakah kamu memiliki anak?”

“Ya, seorang laki-laki muda yang menjanjikan,” jawabnya.

Shah kembali bertanya kepada orang kedua:”Apkah kamu mempunyai anak perempuan?”

“Saya punya,” jawab orang itu, --Seorang gadis yang cantik!.”

“Baiklah, kalu begitu, ini adalah penilaian saya, ijinkan anak laki-laki menikahi anak perempuan, jika keduanya setuju, dan berikan mereka harta itu sebagai pemberian pernikahan.”

Alexander mendengarnya dengan ketertarikan yang besar.” Anda sudah menghakimi dengan bijaksana dan dengan benar,” katanya pada shah, ‘ tetapi di negeri saya, kami akan melakukannya dengan berbeda.”
“Apa yang akan anda lakukan?”

“baiklah, kami akan melemparkan kedua orang itu ke penjara dan harta itu akan diberikan kepada raja.”

“Dan anda akan menyebut itu keadilan?” tanya shah.

“Kami menyebutnya kebijakan politik,” kata Alexander.

“Maka ijinkan saya bertanya satu pertanyaan,” kata shah. “Apakah matahari bersinar di negerimu?”

“Tentu saja.”

“Apakah hujan turun disana?”

“Oh, iya!”

“Apakah mungkin ! tetapi apakah ada beberapa hewan yang lembut dan tidak berbahaya di ladangmu?”

“ Ada banyak.”

“Kemudian,” kata shah,” pastilah matahari bersinar dan hujan turun demi binatang buas yang buruk; untuk orang yang tidak adil tidak layak mendapatkan berkat itu.

BOCAH DAN PERAMPOK

DI Persia saat Cyrus yang Agung menjadi raja, anak-anak diajarkan untuk mengatakan yang benar. Ini adalah pelajaran pertama mereka di rumah dan disekolah.

“Tidak satupun kecuali pengecut yang mengatakan kebohongan,”kata ayah dari Otanes muda.

“Kebenaran itu indah. Selalu menyukainya,” kata ibunya.

Saat Otanes berumur dua belas tahun, orangtuanya berharap mengirimkannya ke kota yang jauh untuk belajar disebuah sekolah terkenal yang ada disana, itu akan menjadi penjalanan yang jauh dan berbahaya. Sehingga diatur ahar sebaiknya anak itu pergi dengan rombongan kecil pedagang yang akan pergi ke tempat yang sama. “SElamat tinggal Otanes! Selalu berani dan benar,!” kata ayahnya. “Selamat tinggal, anakku! Sayangi yang indah. Pandanglah rendah hal yang hina,” kata ibunya.

Rombongan kecil ini mulai perjalanan yang panjang. Beberapa orang menunggang unta, beberapa menunggang kuda. Mereka pergi tetapi secara perlahan karena panas matahari dank arena jalannya kasar.

Tiba-tiba, malam berikutnya, segerombol perampok menukik kebawah pada mereka. Pedagang bukanlah seorang petarung. Mereka tidak dapat melakukan apa-apa kecuali memberikan semua barang dan uang.

“Baiklah, anak kecil, berapa yang kamu punya?” tanya satu perampok, saat dia mendorong Otanes dari kudanya.

“Empat puluh pcs emas” jawab anak itu.

Perampok tertawa. Dia belum pernah mendengar seorang anak dengan uang sebanyak itu.

“Itu adalah cerita yang bagus” katanya. “Dimana kamu membawa emasmu?”

“Ada didalam topiku, dibawah lapisan,” jawab Otanes.

“Oh, baiklah! Kamu tidak dapat percaya itu,” kata perampok; dan dia bergegas untuk merampok satu pedagang yang kaya.

Segera yang lain datang dan berkata,”Anakku, apakah kamu menemukan ada emas padamu?”

“Ya! Empat puluh pcs, dalam topi saya, kata Otanes.

“Kamu anak kecil yang berani untuk bergurau dengan perampok” kata orang itu; dan dia bergegas ke orang yang lebih menjanjikan.

Akhirnya pemimpin gerombolan itu memanggil ke Otanes dan berkata, “Sobat kecil apakah kamu punya barang berharga yang dibawa serta?”

Otanes menjawab,”saya sudah mengatakan dua dari orang-orangmu bahwa saya mempunyai empat puluh pcs emas dalam topi saya. Tetapi mereka tidak mempercayai saya.”

“Buka topimu,” kata pemimpin itu.

Anak itu menurut, Pemimpin itu mengusulkan untuk membuka lapisan dan menemukan emas yang tersembunyi didalamnya.

“Kenapa kamu mengatakan pada kami dimana untuk menemukannya?” tanya nya.”Tidak ada seorangpun yang berfikir anak seperti kamu akan memiliki emas hampir sepertinya.”

Jika saya menjawab pertanyaanmu dengan berbeda, saya akan mengatakan kebohongan.” Kata Otanes;”dan tidak ada seorangpun kecuali pengecut mengatakan kebohongan”

Pemimpin perampok itu terkejut dengan jawabannya. Dia pikir untuk beberapa waktu bahwa dirinya telah menjadi pengecut. Kemudian katanya,” kamu adalah anak pemberani, dan kamu dapat memegang emasmu. Ini dia. Tunggangi kudamu, dan orangku sendiri akan meunggang bersamamu sampai kamu berada diakhir perjalananmu dengan aman.”

Otanes, saat itu, menjadi seorang yang terkenal di negaranya. Dia adalah penasihat dan teman dari dua raja yang menggantikan Cyrus.

ANAK KALIF

Ada seorang kalif dari Persia yang bernama Al Mamoun. Dia memiliki dua anak yang dia harap akan menjadi orang yang jujur dan mulia. Sehingga dia mempekerjakan seorang yang bijak bernama Al Farra untuk menjadi guru mereka. Suatu hari setelah jam pelajaran, Al Farra pergi keluar dari rumah itu. Dua anak itu melihat dan berlari mengambil sepatunya. Karena di negara itu, orang tidak boleh menggunakan sepatu didalam rumah, tetapi melepaskannya di pintu. Dua anak itu berlari ke sepatu gurunya dan setiap mereka memintanya untuk membawakan sepatunya . Tetapi mereka memberanikan diri untuk tidak bertengkar dan akhirnya setuju setiap mereka membawa satu sepatu. Demikian penghormatan dibagikan. Saat kalif mendengar ini, dia mengutus untuk Al Farra dan menanyakannya, “Siapa orang yang paling terhormat?”

Sang guru menjawab,” Saya tahu tidak ada seorangpun yang lebih terhormat dari anda sendiri.”

“Bukan, bukan,:kata kalif.”orang yang ingin keluar dan dua pangeran muda yang menantang kehormatannya untuk memberikannya sepatunya tetapi yang akhirnya menyetujui setiap mereka harus menawarkannya satu .”

Al Farra menjawab, “Tuan, Saya sudah melarang mereka untuk melakukannya, tetapi saya takut mengecilkan hati mereka. Saya harap saya tidak pernah melakukan sesuatu untuk membuat mereka mengerjakan tugas mereka tanpa tanggung jawab.”

“Baiklah,” kata kalif, “jika kamu sudah melarang mereka untuk menghormati kamu, saya harus menyatakan kalau kamu salah. Mereka tidak melakukan yang tidak pantas dengan martabat seorang pangeran. Malahan mereka menghormati diri mereka sendiri dengan menghormatimu.”

Al Farra membungkuk rendah, tetapi tidak mengatakan apapun; dan kalif pergi.”tidak ada orang muda atau bocah laki-laki,” katanya,”yang dapat kedudukan yang tinggi yang mengabaikan tiga tugas besar: dia harus menghormati aturannya, dia harus mengasihi dan patuh terhadap ayahnya dan dia harus menghormati gurunya.”

Kemudian dia memanggil dua pangeran muda, dan menghadiahi mereka perilaku mulia mereka, mengisi kantong mereka dengan emas.

PEMBAWA CANGKIR MUDA

I


Dahulu kala, disana ada seorang pangeran kecil yang hidup di Persia yang namanya adalah Cyrus.

Dia tidak ditimang dan dimanja seperti pangeran lainnya. Walaupun ayahnya adalah seorang raja, Cyrus tumbuh seperti anak laki-laki orang biasa.

Dia tahu bagaimana bekerja dengan tangannya. Dia hanya makan makanan sederhana. Dia tidur ditempat tidur yang keras. Dia belajar untuk menahan lapar dan dingin.

Saat Cyrus dua belas tahun dia pergi dengan ibunya ke Media untuk mengunjungi kakeknya. Kakeknya bernama Astyages adalah raja Media dan sangat kaya dan berkuasa.

Cyrus sangat tinggi, kuat dan ganteng dan kakeknya sangat bangga terhadap dirinya. Dia berharap anak itu tinggal dengannya di Media. Dia sebelumnya memberikannya banyak hadiah dan segala seseuatu yang menyenangkan pangeran. Suatu hari Raja Astyages berencana untuk membuat suatu perayaan yang besar untuk anak itu. Meja-meja dipenuhi dengan semua jenis makanan, ada music dan tarian; dan Cyrus dapat mengundang tamu sebanyak yang dia inginkan.

Waktu untuk perayaan tiba. Semuanya sudah siap. Pelayan ada disana, berpakaian dengan seragam yang bagus. Pemusik dan penari pada tempatnya. Tetapi tidak ada seorangpun datang.

“Bagaimana ini, anakku sayang? Tanya raja. “Perayaan sudah siap, tetapi tidak ada seorangpun datang untuk ikut serta didalamnya.

“Itu karena saya belum mengundang satu orang pun,” kata Cyrus.” Di Persia kami tidak memiliki perayaan seperti itu. Jika seseorang lapar, dia makan beberapa roti dan daging, mungkin dengan beberapa seledri, dan sudah selesai. Kita tidak akan membuat semua kesulitan ini dan biaya untuk membuat makan malam yang enak supaya teman-teman kami bisa makan apa yang tidak baik untuk mereka.”

Raja Astyages tidak tahu apakah dia harus senang atau kecewa.

“Baiklah,” katanya,” semua makanan enak yang banyak ini disiapkan untuk perayaanmu. Apa yang akan kamu lakukan dengannya?”

“Saya berfikir untuk memberikannya pada teman kita,” kata Cyrus.

Jadi dia memberikannya satu porsi untuk petugas kerajaan yang mengajarkannya menunggang. Porsi yang lain dia berikan ke pelayan tua yang menjaga kakeknya. Dan sisanya dia bagi diantara perempuan yang menjaga ibunya.






II

Pembawa cangkir raja, Sarcas, sangat kecewa karena dia tidak diberikan bagian dalam perayaan itu. Raja juga heran kenapa orang ini, yang menjadi favoritnya, diremehkan.

“Kenapa kamu tidak memberikannya pada Sarcas?” tanyanya.

“Sebenarnya,” kata Cyrus,” saya tidak menyukainya. Dia angkuh dan suka menguasai, dia pikir dia dapat membuat figure yang baik saat dia menunggu raja.” “Dan itulah yang dilakukannya,” kata raja. “ Dia sangat ahli sebagai pembawa cangkir.” “Itu mungkin saja,” jawab Cyrus tetapi jika raja mengijinkan saya menjadi pembawa cangkir besok, saya pikir saya bisa melayani lebih baik.”

Raja Astyages tersenyum. Dia melihat Cyrus memiliki keiginannya sendiri dan dia sangat senang dengannya.

“Saya akan senang melihat apa yang dapat kamu lakukan,” katanya “ Besok, kamu akan menjadi pembawa cangkir raja.”




III

Kamu akan sulit mengetahui pangeran muda saat waktunya tiba baginya untuk muncul sebelum kakeknya. Dia memakai seragam mewah pembawa cangkir, dan datang kedepan dengan martabat dan keanggunan.

Dia membawa serbet putih di tangannya, dan memegang cangkir anggur dengan manisnya dengan tiga dari jarinya.
Tata kramanya sangat sempurna. Sarcas sendiri tidak dapat melayani raja setengahnya dengan baik.

“Hebat! Hebat!” teriak ibunya, matanya berkedip dengan bangga.

“Kamu melakukannya dengan baik” kata kakeknya.” Tetapi kamu lalai satu hal penting. Ini sudah aturan dan kebiasaan dari pembawa cangkir untuk menuangkan sedikit anggur dan merasakannya sebelum memberikannya ke saya. Ini yang kamu lupa lakukan.”

“Tentu saja, kakek, Saya tidak melupakannya,” jawab Cyrus.

“Lalu kenapa kamu tidak melakukannya?” tanya ibunya.

“Karena saya yakin ada racun dalam anggur.”

“Racun, anakku!” teriak Raja Astyages, terkejut.” Racun! Racun !”

“Ya, kakek, racun. Di hari yang lain saat raja duduk makan malam dengan pegawai raja, daya perhatikan bahwa anggur membuat anda berlaku aneh. Setelah para tamu meminumnya cukup sedikit, mereka mulai berbicara dengan bodoh dan bernyanyi dengan kencang; dan beberapa dari mereka tertidur. Dan raja, kakek sama buruknya dengan mereka. Kakek lupa bahwa kakek adalah raja, kakek melupakan semua tata karma. Kakek mencoba untuk berdansa dan jatuh di lantai, saya takut untuk minum sesuatu yang membuat seseorang melakukan hal seperti itu.”

“Tidakkah kamu pernah melihat ayahmu melakukannya?” tanya raja.

“Tidak, tidak pernah. Kata Cyrus. “Ayah tidak minum minuman belaka. Ayah minum untuk meredakan hausnya, dan hanya itu.”

Saat Cyrus menjadi dewasa, dia menggantikan ayahnya sebagai raja Persia; dia juga menggantikan kakeknya Astyages sebagai raja Media. Dia menjadi sangat bijak dan penguasa yang berkuasa, dan dia membuat negaranya terhebat yang kemudian dikenal. Dalam sejarah, dia sering disebut sebagai Cyrus yang Agung.

“BACA DAN KAMU AKAN TAHU”

“Ibu terbuat dari apakah awan ? kenapa turun hujan? Kemana semua air hujan pergi ? Apa yang kegunaannya ?”

William Jones kecil selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan.

“Saya ingin tahu,” katanya;” saya ingin mengetahui semuanya.”

Pertamanya ibunya akan mencoba untuk menjawab semua pertanyaannya. Tetapi setelah dia belajar untuk membaca, ibunya mengajarkan dia untuk mencarinya di buku untuk apa yang ingin dia ketahui.

“Ibu, apakah yang membuat angin bertiup?”

“Baca dan kamu akan tahu, anakku.”
“Siapa yang tinggal di sisi lain dari dunia?”

“Baca dan kamu akan tahu, anakku.”

“Kenapa langit begitu biru?”

“Baca dan kamu akan tahu, anakku.”

“Oh, ibu, saya ingin mengetahui semuanya.”

“Kamu tidak bisa mengetahui semuanya, anakku. Tetapi kamu dapat mempelajari banyak hal dari buku.”

“Ya, ibu, Saya akan membaca dan kemudian saya akan tahu.”

Dia masih anak yang sangat kecil, tetapi sebelum umurnya tiga tahun dia dapat membaca cukup baik, pada saat dia berumur delapan tahun dia menjadi murid sekolah terbaik di sekolah terkenal di Harrow, dia selalu membaca, belajar dan menyelidiki.

“Saya ingin tahu; saya ingin tahu,” dia terus mengatakannya.

“Baca, dan kamu akan tahu,” kata ibunya.”Baca buku yang benar. Baca sesuatu yang indah dan baik. Baca untuk menjadikan kamu menjadi bijaksana.

“Jangan buang waktumu untuk membaca buku bodoh. Jangan membaca buku jelek yang akan membuatmu tidak baik. Tidak ada buku yang layak dibaca yang tidak membuatmu lebih baik atau lebih bijak.”

Dan demikianlah Willian Jones pergi membaca dan belajar. Dia menjadi salah satu murid terkenal di dunia. Raja Inggris menjadikannya seorang bangsawan dan menyebutnya Sir William Jones. Sir William Jones hidup hampir dua ratus tahun yang lalu. Dia mencatat pengetahuannya yang besar, kebanyakan dia peroleh dari buku-buku. Dikatakan bahwa dia dapat berbicara dan menulis dalam empat puluh bahasa.

BAGAIMANA PANGERAN BELAJAR MEMBACA

Seribu tahun yang lalu anak-anak tidak belajar untuk membaca. Buku sangat langka dan sangat berharga, hanya beberapa orang yang dapat membacanya.

Setiap buku ditulis dengan pena atau kuas. Gambar dilukis dengan tangan, dan beberapa diantaranya sangat indah. Sebuah buku yang bagus kadang seharga rumah yang bagus.

Pada waktu itu bahkan ada beberapa raja yang tidak dapat membaca, mereka lebih perhatian pada perburuan dan perkelahian daripada belajar.

Disana ada raja yang memiliki empat anak laki-laki, Ethelbald, Ethelbert,
Ethelred, and Alfred. Ketiga anaknya yang tua kuat, anak laki-laki yang tengah bertumbuh; yang terkecil Alfred adalah anak yang ramping dan cukup berambut.

Suatu hari saat bersama ibu mereka, ibunya menunjukkan mereka buku yang bagus dimana beberapa teman yang kaya memberikan kepadanya. Dia membalikkan halaman dan menunjukkan mereka surat-surat yang aneh. Dia menunjukkan mereka gambar, dan mengatakan pada mereka bagaimana mereka telah digambar dan dilukis.

Mereka sangat mengagumi buku itu karena mereka belum pernah melihat sesuatu yang seperti itu, “Tetapi bagian terbaik dari cerita yang akan dikatakannya,” kata ibunya. “Hanya jika kamu dapat membaca, kamu dapat mempelajari ceritanya dan menikmatinya. Sekarang saya berfikir untuk memberikan buku ini ke salah satu dari kalian”

“Apakah ibu akan memberikannya pada ku?” tanya Alfred kecil.

“Saya akan memberikannya ke seseoarang yang pertama kali dapat membaca didalamnya” dia menjawab.

“Saya yakin saya lebih memilih memiliki haluan yang bagus dengan panah-panahnya” kata Ethelred

“Dan saya akan lebih memilih memiliki burung elang muda yang sudah dilatih untuk berburu” kata Ethelbert.

“Jika saya pendeta atau seorang biarawan” kata Etherbald,”saya akan belajar membaca. Tetapi saya seorang pangeran, dan adalah bodoh untuk seorang pangeran membuang waktunya untuk hal seperti itu.”

“Tetapi daya ingin tahu cerita yang akan dikatakan buku ini,” kata Alfred.


II

Satu minggu berlalu, dan kemudian suatu pagi, Alfred pergi ke kamar ibunya dengan tersenyum, dan muka yang gembira.

“Ibu,”katanya, “ apakah ibu mengijinkan saya melihat buku yang bagus itu sekali lagi?”

Ibunya membuka lemari yang tidak terkunci dan mengambil isi berharga dari tempat itu sebagai penyimpanan yang aman.

Alfred membukanya dengan jari-jari yang hati-hati. Kemudian dia mulai dengan kata pertama di halaman pertama dan membaca cerita pertama tanpa membuat satu kesalahan.

“O anakku, bagaimana kamu belajar melakukannya?” teriak ibunya.

“Saya meminta pada biarawan, Bang Felix, untuk mengajari saya,” kata Alfred.” Dan setiap hari sejak ibu menunjukkan saya buku, dia sudah memberikan pelajaran. Itu tidak mudah untuk mempelajari huruf-huruf tersebut dan bagaimana mereka diletakkan bersama-sama untuk membuat satu kata. Sekarang, Bang Felix bilang saya dapat membaca hampir sebaik dirinya.”

“Betapa baiknya!” kata ibunya.

“Betapa bodohnya!” kata Ethelbald.

“Kamu akan menjadi biarawan yang baik saat kau besar,” kata Ethelred dengan senyum sinis.


Tetapi ibunya menciumnya dan memberikannya buku yang bagus itu. “Hadiahnya milikmu, Alfred,” katanya. “Saya yakin apakah kamu akan besar menjadi seorang biarawan atau seorang raja, kamu akan menjadi seorang yang bijaksana dan orang terhormat.”

Dan Alfred tumbuh menjadi raja terbijak dan terhormat yang pernah dimiliki Inggris. Dalam sejarah dia disebut Alfred yang Agung.

DESAS DESUS

“Anak anak, bukankah saya sudah mengatakannya pada kalian ?”

Kepala sekolah berbicara dengan marah. Dia dalam masalah karena muridnya tidak mau belajar. Kapan pun dia balik kembali, mereka pasti mulai berbisik satu dengan yang lainnya.

“Para perempuan, berhenti berbisik-bisik. Saya bilang.”

Tetapi tetap mereka masih berbisik, dan dia tidak dapat mencegahnya. Setengah sore sudah habis, dan masalahnya berkembang. Kemudian kepala sekolah memikirkan suatu rencana.

“Anak-anak,” dia berkata,” kita akan bermain permainan baru. Siapa yang berikutnya yang berbisik harus keluar dan berdiri ditengah lantai. Dia harus berdiri sampai dia mencari orang lain berbisik. Kemudian dia akan mengatakan pada saya namanya yang akan datang dan menggantikan dirinya. Dia akan kembali, dan akan mengawasi dan melaporkan siapa yang pertama yang dia lihat yang berbisik.
Dan kita akan meneruskan permainan ini sampai sekolah selesai. Anak-anak yang berdiri pada waktu itu akan dihukum semua dari kalian.”

“Hukumannya apa, Mr. Johnson?” tanya bocah pemberani, anak nakal.”yang cukup berat,” jawab kepala sekolah. Dia lelah, jengkel, dan sulit mengetahui apa yang dia katakan.

Anak-anak berfikir permainan baru sangat menyenangkan. Pertama, Tommy Jones berbisik ke Billy Brown dan pertama kali dipanggil ke depan. Tidak kurang dari dua menit, Billy melihat Mary Gree berbisik, dan dia menggantikan tempatnya. Mary melihat ke sekeliling dan melihat Samuel Miller menanyakan temannya untuk pensil dan Samuel dipanggil. Dan demikian menyenangkan sampai akhirnya jam menunjukkan kurang dari sepuluh menit sampai kelas akan selesai.

Kemudia semua menjadi baik dan sangat hati-hati, karena tidak ada satupun yang berharap untuk berdiri pada saat kelas selesai. Mereka tahu bahwa kepala sekolah akan menjaga perkataannya.

Jam berdentang sangat keras, dan Tommy Jones, yang berdiri sampai empat kali, mulai merasa gelisah. Dia berdiri dengan satu kaki dan kemudian pada kaki yang lain dan mengawasi dengan sangat dekat; tetapi tidak seorangpun yang berbisik. Mungkinkan dia yang akan mendapatkan hukuman ? tiba-tiba, dia sangat senang, dia melihat Lucy Martin kecil yang kurus melewati mejanya dan berbisik ke teman yang ada didepannya.

Sekarang Lucy, yang adalah kesayangan sekolah. Semua orang menyayanginya, dan itu adalah pertama kalinya dia berbisik hari itu. Tetapi Tommy tidak mempedulikannya. Dia berharap dapat meloloskan diri dari hukuman dan dia memanggil “Lucy Martin!” dan pergi dengan bangganya ke kursinya.

Lucy kecil tidak bermaksud untuk berbisik. Ada sesuatu yang sangat ingin dia ketahui sebelum pulang, dan karenanya, tanpa berfikir, dia condong kedepan dan hanya membisikkan tiga kata kecil. Dengan air mata dimatanya dia pergi keluar dan berdiri di tempat pembisik.

Dia sangat malu dan terluka, untuk pertama kalinya dia dipermalukan di sekolah, temannya yang lain merasa kasihan bahwa dia harus menderita dan penasaran apa yang akan dilakukan kepala sekolah akan menjadi nyata sesuai dengan perkataannya.

Jam terus berdentang. Ini hanya tersisa satu menit sampai bell akan berbunyi yang akan menandakan kelas selesai. Betapa memalukannya, Lucy Lucy yang lembut akan dihukum karena anak-anak yang tidak patuh!
Kemudian tiba-tiba, seorang anak yang canggung yang duduk tepat didepan meja kepala sekolah berbalik kebelakang dan berbisik ke Tommy Jones yang tiga meja jauhnya.

Semua orang melihatnya. Lucy Martin kecil melihatnya melalui air matanya, tetapi dia tidak mengatakan apapun. Semua orang sangat heran, karena anak itu adalah murid terbaik disekolah, dan dia belum pernah melanggar aturan.

Hanya tersisa setengah menit sekarang. Anak yang canggung itu kembali lagi dan berbisik dengan keras sehingga kepala sekolah dapat mendengarnya: “Tommy, kamu layak mendapatkan hukuman!”

"Elihu Burritt, gantikan tempatmu ke depan,” kata kepala sekolah dengan keras. Anak yang canggung itu melangkah keluar dengan cepat dan Lucy Martin kecil kembali ke kursinya dengan menangis. Pada waktu yang sama bell berbunyi dan sekolah selesai.

Setelah semua lainnya pulang ke rumah, dia mengambil balok panjang dan berkata:”Elihu, saya kira saya harus seperti yang saya katakan. Tetapi katakan pada saya kenapa kamu dengan bebasnya melanggar aturam terhadap bisikan.”

“SAya melakukannya untuk menyelamatkan Lucy kecil,” kata anak yang canggung itu, berdiri disana dengan tegak dan berani. “Saya tidak tahan melihatnya dihukum.”

“Elihu, kamu boleh pulang,” kata kepala sekolahnya.

Semua ini terjadi bertahun-tahun lalu di New Britain, Connecticut. Elihu Buritt adalah anak yang miskin yang dengan tekun belajar. Dia bekerja bertahun-tahun sebagai pandai besi dan mempelajari buku kapanpun dia punya waktu luang. Dia mempelajari banyak bahasa dan menjadi terkenal diseluruh dunia sebagai “Pandai besi yang belajar.”

ANAK KECIL YANG MENUNGGANG DENGAN PELANA PEREMPUAN

Saat Daniel Webster masih anak-anak, dia tinggal di pedesaan, jauh dari kota. Dia tidak cukup kuat untuk bekerja di ladang seperti abangnya; tetapi dia menyukai buku dan belajar.

Dia masih sangat muda saat dia pertama kali dikirim ke sekolah. Gedung sekolah terletak dua atau tiga mil dari rumah, tetapi dia tidak menghiraukan jalan di sepanjang hutan dan melewati bukit.

Dia segera belajar apa yang bisa diajarkan gurunya; karena dia anak yang cerdas dan cepat, dan memiliki ingatan yang baik.

Ayahnya berharap Daniel akan bertumbuh menjadi seorang yang bijak dan terkenal. “Tetapi,” katanya,”tidak ada orang yang sukses tanpa sebuah pendidikan.”

Sehingga dia memutuskan anaknya harus ke sekolah dimana dia akan disiapkan untuk pendidikan yang lebih tinggi.

Suatu malam ayahnya berkata padanya, “Daniel, kamu harus bangun lebih awal pagi ini. kamu akan pergi ke Exeter dengan saya.”

“Ke Exeter, Ayah!” kata Daniel.

“Ya Ke Exeter. Aku akan menempatkan kamu di akademi disana.”

Akademi di Exeter adalah sekolah terkenal untuk menyiapkan anak laki-laki untuk kuliah. Itu masih sekolah yang terkenal.
Tetapi ayah Daniel tidak mengatakan apa pun tentang kuliah.
Disana belum ada rel pada waktu itu, dan Exeter hampir sejauh lima puluh mil jauhnya. Daniel dan ayahnya akan menunggang ke sana dengan kudanya.

Awal pagi ini dua kuda dibawa ke pintu. Satu adalah kuda Mr.Webster; dan yang lain yang berwarna abu-abu adalah kuda tua dengan pelana wanita dibelakangnya.

“Siapa yang akan menunggang kuda tua? “ tanya Daniel.

“Dan Webster yang muda,” jawab ayahnya.

“Tetapi saya tidak mau pelana perempuan. Saya bukan seorang wanita.”

"Saya mengerti,” kata Mr. Webster.”Tetapi tetangga kita, Johson mengirimkan kuda tua ke Exeter untuk digunakan oleh seorang perempuan yang akan menunggangnya kembali dengan saya. Dia melakukan kebaikan dengan mengijinkan kamu menungganginya, dan saya melakukan kebaikan dengan menjaganya.

“Tetapi bukankah akan terlihat lucu untuk saya menunggang ke Exeter dengan pelana perempuan?”

“Baiklah, jika seorang wanita dapat menungganginya, mungkin Dan Webster dapat melakukannya lebih baik.”

Dan mereka keluar ke perjalanan menuju Exeter. Mr. Webster menunggang di depan, dan Daniel, di kuda tua abu-abu, mengikuti dibelakang. Jalannya berlumpur, dan mereka pergi dengan lambat membutuhkan waktu dua hari untuk mencapai Exeter.

Orang-orang yang mereka temua menatap mereka dan heran siapa mereka. Mereka jarang-jarang memperhatikan pelana perempuan; yang mereka perhatikan hanya bocah dengan mata gelap dan kuat, dengan wajah bangsawan.

Bajunya adalah barang buatan rumah; sepatunya kesat dan berat; dia tidak memiliki sarung tangan di tangannya; dia agak janggal dan pemalu.
Belum lagi sesuatu dengan tata kramanya dan suara yang menyebabkan semua orang mengaguminya.

Daniel Webster menjadi orator terkenal dan negarawan yang besar. Dia dihormati di rumah dan diluar.

PENGINTAI CILIK

Pada saat Andrew Jackson masih anak-anak dia tinggal dengan ibunya di South Carolina. Dia berumur delapan tahun saat dia mendengar tentang penunggang Paul Revere dan perang terkenal di Lexington.

Itu adalah perang yang panjang, yang disebut Perang Revolusioner, dimulai.
Prajurit raja dikirimkan ke semua bagian negeri. Orang-orang menyebut mereka British. Beberapa memanggilnya”mantel merah.”

Ada banyak perkelahian; dan beberapa perang besar berada diantara Inggris dan Amerika.

Akhirnya Charleston, di South Carolina, diambil oleh Inggris. Andrew Jackson kemudian seoarang yang tinggi putih-laki-laki berambut, berumur tiga belas tahun.

“Saya akan membantu menyerang mantel merah Inggris keluar dari negeri ini,” katanya ke ibunya.

Kemudian, tanpa kata lain, dia menunggang kuda kecil peternakan kakaknya dan berlari.
Dia belumcukup tua untuk menjadi prajurit, tetapi dia dapat menjadi pengintai—dan dia adalah pengintai yang baik.

Dia sangat tinggi---setinggi pria dewasa. Dia tidak takut terhadap apapun. Dia kuat dan siap untuk setiap tugas .

Suatu hari dia menunggang melewati hutan, beberapa prajurit Inggris melihatnya. Mereka dengan cepat mengelilinginya dan memasukkannya kedalam penjara mereka.

“Ikut kami,” kata mereka,” dan kami akan mengajari kamu bahwa prajurit raja tidak dapat disepelekan.”
Mereka membawanya ke kemah Inggris.

“Siapa namamu, pemberontak muda? “ kata kapten Inggris.

“Andy Jacson.”

“Baiklah, Andy Jacson, turunlah kesini dan bersihkan lumpur pada sepatu saya.”

Mata abu-abu Andrew menyala dan dia berdiri tegak dan angkuh didepan keangkuhan kapten.

“Pak,” katanya,” Saya adalah tawanan perang, dan menuntut untuk diperlakukan sebagaimana mestinya.”

“Kamu pemberontak!” teriak kapten.”Kamu turun kesini dan bersihkan sepatu boot itu sekali.”


Anak laki-laki kurus, tinggi yang terlihat akan bertumbuh lebih tinggi, dan dia menjawab,” saya tidak akan menjadi pelayan orang Inggris manapun selama saya hidup.”

Kapten sangat marah. Dia mengeluarkan pedangnya dan memukul anak itu dengan sisi datarnya. Andrew menangkis tangannya dan terluka pada tulang kakinya.

Beberapa petugas lainnya, yang telah melihat semua kejadian, teriak ke kaptennya,” Memalukan! Dia adalah seorang yang pemberani. Dia layak diperlakukan sebagai seorang pria sejati.”

Andrew tidak bertahan lama di penjara. Prajurit Inggris segera mengembalikannya ke Chaleston, dan dia diperbolehkan pulang.

Pada waktunya, Andrew Jackson menjadi seorang yang besar. Dia terpilih di Kongres, dia dipilih sebagai hakim pengadilan Tennessee, dia ditetapkan sebagai jendral angkatan darat, dan yang terakhir selama delapan tahun dia menjadi presiden Amerika Serikat.

PELUKIS BESAR PERTAMA AMERIKA

Pada zaman dahulu kala, hiduplah di Pennyslvania, seorang anak laki-laki yang bernama Benjamin West.

Bocah ini menyukai gambar-gambar. Tentu saja ada beberapa hal yang lebih dia sukai . Tetapi dia tidak pernah melihat suatu gambar kecuali beberapa yang kecil dalam sebuah buku. Ayah dan ibunya adalah anggota perkumpulan Kristen yang anti perang dan anti sumpah (Quaker), dan mereka tidak berfikir bahwa untuk membelanjakan uang pada hal semacam itu adalah benar. Mereka berfikir bahwa lukisan dapat mengambil pikiran seseorang dari sesuatu yang lebih baik atau berguna.


Suatu hari ibu Benjamin harus pergi ke tetangganya untuk beberapa pesanan. Jadi dia mengatakan kepada Benjamin untuk tinggal di rumah dan menjaga adik bayi perempuannya sampai dia kembali.

Dia sangat senang melakukannya; karena dia menyayangi bayi itu.
“Ya, ibu,” katanya, “ Saya akan menjaganya setiap menit. Saya tidak akan membiarkan sesuatu melukainya,”

Bayi itu tidur di ayunannya, dan dia tidak boleh membuat keributan dan membangunkannya. Untuk beberapa waktu dia tetap masih duduk. Dia mendengar jam berdetak.
Dia mendengar kicauan burung. Dan dia mulai merasakan kesepian.
Seekor lalat kecil di pipi bayi, dan dia mengusirnya. Kemudian dia berfikir alangkah bagusnya gambar yang mungkin dibuat pada pipi adiknya yang manis dan tangan kecilnya.

Dia tidak mempunyai kertas, tetapi dia mengetahui dimana ada papan yang mulus. Dia tidak memiliki pensil tetapi ada arang pada perapian. Betapa cantiknya bayi itu! Dia mulai menggambar. Bayi itu tersenyum dan tidak terbangun.

Semakin cekatan dia menggunakan arang ke papan, gambarnya berkembang. Ini adalah kepalanya yang bulat, ditutupi dengan rambut keritingnya yang cantik. Ini adalah mulutnya. Ini adalah matanya, dan telinganya yang cantik. Disini adalah lehernya yang gemuk dan disini adalah tangannya yang cantik.

Semakin dia sibuk dengan gambarnya dia tidak memikirkan hal yang lainnya. Dia tidak mendengar detak jam, burung yang bernyanyi. Dia bahkan tidak mendengar langkah kaki ibunya saat dia datang ke kamar. Dia tidak mendengar nafas ibunya yang berdiri dibelakangnya dan melihatnya menyelesaikan gambarnya yang bagus. “O Benjamin! Apakah yang sudah kamu lakukan?” teriaknya.

Anak itu kaget.

“Ini hanyalah gambar bayi, ibu,” katanya.

“Sebuah gambar bayi! Oh, bagusnya! Ini mirip sekali dengannya!”

Ibu itu sangat gembira dan memeluk dengan tangannya dan menciumnya. Kemudian tiba-tiba dia mulai heran apakah ini benar.

“Benjamin, bagaimana kamu belajar menggambar gambar seperti itu ?”tanyanya.
“Saya tidak belajar,”jawabnya.”Saya hanya melakukannya. Tidak ada yang membantu saya, tetapi saya melakukannya.”

Saat ayah Benjamin datang pulang, ibunya menunjukkan gambarnya.
“Ini seperti adiknya, bukan?” katanya.”Tetapai saya takut. Saya tidak tahu berfikir apa. Apakah menurutmu ini sangat salah untuk Benjamin melakukan hal seperti itu?”

Ayahnya tidak menjawab. Dia mengambil gambar itu dan dia melihatnya dari berbagai sisi. Dia membandingkannya dengan wajah bayinya yang cantik. Kemudian dia mengembalikannya ke tangan istrinya dan berkata:”—
“Letakkan disana. Ini mungkin tangan Tuhan ada didalamnya.”

Beberapa minggu setelah itu, datang tamu dari Barat.
Dia adalah seorang teman lama, yang banyak dikasihi orang---berambut putih, menyenangkan, wajah pendeta, yang kata-katanya selalu bijaksana.

Orang tua Benjamin menunjukkan gambarnya. Mereka mengatakan bagaimana anaknya selalu mencoba menggambar sesuatu. Dan mereka bertanya tentang apa yang harus dilakukan dengan itu.
Pendeta yang baik itu melihat gambar untuk waktu yang lama. Kemudian dia memanggil Benjamin kecil. Dia meletakkan tangannya pada kepala anak itu dan berkata:--
“Anak ini memiliki bakat yang sangat hebat. Kita tidak akan memhami apa alasannya. Marilah kita percaya bahwa seseuatu yang besar dan baik datang darinya, dan Benjamin West bertumbuh menjadi terhormat di bangsa kami dan dunia.”

Dan perkataan pendeta tua itu menjadi kenyataan. Lukisan Benjamin West membuatnya terkenal, Dia adalah pelukis besar pertama di Amerika.

RAJA DAN LEBAH-LEBAH

Suatu hari Raja Salomo duduk di tahtanya, dan para pembesar berdiri mengelilinginya.

Tiba-tiba pintunya terbuka dan Ratu Sheba datang.

“O Raja,” katanya,” di dalam negara saya sendiri, jauh, sangat jauh, saya telah mendengar tentang kekuatan dan keagungan Raja, tetapi terlebih tentang kebijaksanaan raja. Seseorang memberi tahu saya tidak ada teka-teki yang begitu cerdik yang tidak dapat dipecahkan. Apakah ini benar?”

“Itu seperti yang anda katakan, O Ratu,” Jawab Solomon.

“Baiklah, saya punya teka-teki dimana saya akan menguji kebijaksanan Raja. Dapatkah saya menunjukkannya pada Raja?”

“Tentu saja, O Ratu.”

Kemudian dia memegang ke atas disetiap tangannya sebuah karangan bunga melingkar yang indah. Karangan bunga itu sangat mirip dan tidak ada satupun yang bersama dengan Raja yang dapat menunjukkan perbedaan yang ada.

“Satu dari rangkaian ini.” kata ratu,” ini dibuat dari bunga yang dipetik dari taman raja. Yang lainnya dibuat dari bunga buatan, dibentuk dan diwarnai oleh seniman yang ahli. Sekarang, katakan, O Raja, manakah rangkaian bunga yang benar dan mana yang bukan?”

Raja, sekali lagi, diberi teka-teki. Dia mengangkat dagunya. Dia melihat ke rangkaian bunga pada setiap sisi. Dia mengerutkan dahi. Dia mengigit bibirnya.

“Manakah yang sebenarnya?” ratu bertanya lagi.

Raja masih belum menjawab.
“Saya telah mendengar bahwa Raja adalah orang paling bijaksana di dunia,” katanya, “dan pastilah ini sesuatu yang sederhana yang seharusnya tidak membingungkan raja.”

Raja susah bergerak di tahta emasnya. Pegawainya dan pembesar menggelengkan kepala. Beberapa akan tersenyum, jika mereka berani.

“Lihat bunganya baik-baik,” kata ratu, “dan beri tahu kami jawabannya.”

Kemudian raja mengingat sesuatu. Raja ingat bahwa didekat jendelanya ada tumbuhan merambat yang memanjat dipenuhi dengan bunga yang manis. Dia mengingat dia melihat ada banyak lebah terbang diantara bunga-bunga tersebut dan mengumpulkan madu dari mereka.

Jadi katanya, “Buka jendela!”

Jendela terbuka. Ratu berdiri dengan tenang didekatnya dengan dua rangkaian bunga yang masih ada ditangannya. Semua mata melihat kenapa raja menagatakan,”Buka Jendela.”

Beberapa saat kemudian dua lebah terbang dengan bersemangat masuk. Kemudian datang yang lain dan yang lainnya. Semua terbang ke bunga yang ada disebelah kanan tangan ratu. Tidak ada satupun lebah seperti yang terlihat itu di tangan kirinya.

“O Ratu Sheba, lebah-lebah sudah memberikan kamu jawaban saya,” kemudian kata Solomon.

Dan ratu berkata,”Anda memang bijaksana, Raja Solomon. Anda dipenuhi dengan pengetahuan dari yang kecil dimana orang biasa akan melewatkannya tanpa diberitahu.

Raja Solomon hidup tiga ribu tahun yang lalu. Dia membangun kuil yang besar di Jerusalem dan terkenal karena kebijaksanaannya.

DUA PELUKIS HEBAT

Pada suatu waktu ada seorang pelukis yang bernama Zeuxis. Dia dapat melukis seperti hidup yang mereka keliru untuk hal nyata yang mereka representasikan.

Suatu waktu dia melukis gambar dari beberapa buah yang sangat nyata dimana burung turun kebawah dan mematuknya. Ini membuatnya sangat bangga dengan keahliannya.

“Saya satu-satunya orang di dunia yang dapat melukis gambar begitu nyata dan hidup,” katanya.

Ada satu seniman lainnya yang terkenal yang bernama Parrhasius. Saat dia mendengar bualan yang dibuat Zeuxis, dia berkata ke dirinya sendiri,”Saya akan coba apa yang dapat saya lakukan.”

Sehingga dia melukis gambar yang indah yang terlihat seperti ditutupi dengan tirai. Kemudian dia mengundang Zeuxis untuk datang dan melihatnya.

Zeuxis melihatnya dengan dekat. “Gambar tirainya disamping dan tunjukkan kami gambarnya,”katanya.

Parrhasius tertawa dan menjawab, “Tirai itu adalah gambarnya.”
“Baiklah,” kata Zeuxis,” kamu mengalahkan saya kali ini, dan saya tidak akan membual lagi. Saya hanya memperdaya burung tetapi kamu sudah memperdaya saya, seorang pelukis.

Beberapa waktu setelah itu, Zeuxis melukis gambar yang indah lainnya. Itu adalah lukisan tentang seorang bocah membawa sebuah keranjang cheri merah yang matang. Saat dia menggantung lukisan ini diluar dari pintunya, beberapa burung terbang kebawah dan mencoba untuk membawa cheri itu.

“Ah! Ini adalah lukisan yang gagal,” katanya.” Karena jika bocah dilukis sebaik lukisan cheri, burung akan takut untuk mendekatinya.”

GEMBALA – BOCAH PELUKIS

Suatu hari seorang pelancong berjalan melalui bagian dari Italy dimana banyak domba sedang memakan rumput. Dekat atas bukit dia melihat seorang gembala bocah berada ditanah sementara kumpulan domba dan lembu merumput disekitarnya.

Saat dia datang mendekat, dia melihat bocah itu memegang batang arang ditangannya, dimana dengan itu dia menggambar sesuatu di batu yang datar. bocah itu sangat serius dengan yang dilakukannya sehingga tidak melihat orang asing.

Orang asing itu membungkuk padanya dan melihat gambar yang dia buat pada batu itu. Itu adalah gambar dari domba, dan digambar dengan sangat baik sehingga membuat orang asing itu dipenuhi dengan keherenan.

“Siapa nama mu, anakku?” katanya.
Anak itu kaget. Dia melompat dengan kakinya dan melihat ke atas ke orang baik itu.

“Nama saya Giotto,” jawabnya.

“Siapa nama ayahmu?”

“Bondone.”

“Dan milik siapaka domba-domba ini?”

“Mereka milik orang kaya yang tinggal di rumah besar putih disana diantara pohon. Ayah saya bekerja diladang dan saya menjaga domba.” “Apakah kamu mau tinggal dengan saya, Giotto? Saya akan mengajarkan kamu menggambar domba dan kuda, bahkan orang,” kata orang asing itu.

Wajah anak itu berseri-seri dengan gembira. “ saya akan menyukai untuk mempelajari melakukan itu ---oh, dan lebih lagi!” jawabnya. “Tetapi saya harus melakukan apa yang dikatakan ayah saya.” “Mari pergi dan tanyakan padanya,” kata orang asing itu.



Orang asing itu bernama Cimabue. Dia adalah pelukis paling terkenal pada waktu itu. Lukisannya dikenal dan dikagumi di berbagai kota di Italy.

Bondone terkejut saat Cimaboe menawarkan untuk membawa anaknya ke Florence dan mengajarkannya untuk menjadi pelukis besar.

“Saya tahu anak itu dapat menggambar dengan baik dan indah,” katanya. “Dia tidak suka melakukan hal lainnya. Mungkin dia akan melakukan lebih baik dengan anda. Ya, anda boleh membawanya.’

Dalam kota Florence, Giotto kecil melihat beberapa lukisan terbaik di dunia. Dia belajar begitu cepat yang dia bisa agar segera melukis dengan sebaik Cimaboe.

Suatu hari Cimaboe sedang melukis gambar wajah seorang pria. Malam tiba sebelum dia menyelesaikannya. “Saya akan meninggalkannya sampai pagi,” katanya; maka cahaya akan menjadi lebih baik.

Paginya, saat dia melihat ke lukisannya, dia melihat seekor lalat di hidung gambarnya. Dia mencoba untuk menghapusnya, tetapi gambarnya masih tetap ada. Itu hanyalah gambar lalat.

“Siapa yang melakukannya? “ teriaknya. Dia marah, dan tetapi dia juga senang.

Giotto kecil datang dari sudut, menggigil dan malu.” Saya melakukannya tuan,”katanya. “Itu adalah tempat yang bagus untuk menggambar seekor lalat dan saya tidak pernah berfikir untuk merusak gambar anda.”

Dia mengira akan dihukum. Tetapi Cimabue memujinya untuk keahliannya yang hebat. “ada sedikit orang yang dapat menggambar seekor lalat dengan bagus.”” Katanya.

Ini terjadi enam ratus tahun yang lalu, di kota Florence di Italy. Gembala kecil itu menjadi pelukis terkenal dan menjadi teman dari orang-orang terkenal.

PELAJARAN TATA KRAMA

Pada suatu pagi ada ketokan pintu yang keras di pintu Dean Swift. Pelayan membukanya. Seseorang diluar dengan memegang bebek baik yang sudah dibunuh, dan berkata,--- “ini adalah hadiah untuk Dean. Ini dari Mr. Boyle.”

Kemudian, tanpa kata lain, dia kembali dan berjalan.

Beberapa hari kemudian, orang itu datang lagi. Kali ini dia membawa seekor ayam hutan.”Ini burung yang lain dari Mr.Boyle.”

Sekarang, Mr. Boyle adalah teman olahraga yang membagi waktunya dengan menembak. Dia adalah seorang pengagum Dean Swift, dan senang mengirimkan dia hadiah pertandingan.

Kali yang ketiga, orang itu membawa seekor burung puyuh.” Ini sesuatu yang lain untu Dean,” katanya dengan kasar, dan melemparkannya ke tangan pelayan.

Pelayannya mengeluh ketuannya. “Orang itu tidak punya tata karma,” katanya.

“Saat dia datang kembali,” kata Dean,”beritahu say, dan saya akan pergi membuka pintunya.”
Itu tidak lama sampai orang itu datang dengan hadiah yang lain. Dean pergi ke pintu.

“Ini ada kelinci dari Mr.Boyle,” kata orang itu.
“Lihat sini,”kata Dean dengan suara tegang,”itu bukanlah cara untuk mengantar sebuah pesan disini.
Hanya melangkah kedalam, dan percaya bahwa kamu adalah Dean Swift. Saya akan pergi keluar dan meyakinkan bahwa saya membawakannya sebuah hadiah. Saya akan menunjukkan anda bagaimana seharusnya pembawa pesan berperilaku.

“Saya setuju dengan itu,” kata orang itu; dan dia melangkah kedalam. Dean mengambil kelinci dan pergi keluar rumah. Dia berjalan kejalan ke blok berikutnya. Kemudian dia datang kembali dan mengetok pintu dengan lembut.

Pintu terbuka oleh orang dari Mr.Boyle. Dean menunduk dengan sopan dan berkata,” Jika anda berkenan, pak, ucapan selamat Mr.Boyle, dan dia berharap anda untuk menerima kelinci yang baik ini.”
“Oh, terima kasih,” kata orang itu dengan sopan. Kemudian, mengeluarkan dompetnya dan dia menawarkan Dean uang.” Dan ini sesuatu jika ada kesusahan.

Pelajaran tata karma tidak dilupakan; karenanya; selalu setelah itu, orang itu sangat sopan saat membawa hadiahnya. Dan Dean juga selalu memberi petunjuk; untuk selalu mengingat memberikan orang itu uang tip untuk kesusahannya. Jonathan Swift, sering juga dipanggil Dean Swift, adalah seorang penulis terkenal pada berbagai subjek. Diantaranya adalah “Gulliver’s Travel,” yang mungkin akan anda baca beberapa kali.

KESALAHAN PEMILIK PENGINAPAN

Pada saat John Adams adalah presiden dan Thomas Jefferson adalah wakil presiden Amerika Serikat, belum ada rel kereta api diseluruh dunia.

Orang-orang tidak banyak berpergian. Disana tidak ada jalan, jalan yang halus seperti yang ada sekarang. Jalan-jalan berliku dan berlumpur dan kasar.

Jika seseorang harus pergi dari satu kota ke kota lainnya, dia sering menunggang kuda. Daripada tempat barang untuk pakaiannya, dia membawa sepasang sedel. Daripada duduk pada gerbong, dia berguncang-guncang melalui lumpur dan terperosok, mengarahkan angin dan cuaca.

Pada suatu hari, beberapa orang duduk di pintu hotel Baltimore. Saat mereka melihat ke jalan, mereka melihat seorang penunggang datang. Dia menunggang dengan sangat lambat dan keduanya dia dan kudanya menjepret dengan lumpur.

“Disana datang petani tua Mossback,” kata salah satu orang, tertawa.” Dia baru saja dari hutan.”

“Dia terlihat memiliki waktu yang sulit,”kata yang lain; “saya heran dimana dia akan istirahat nanti malam.”

“Oh, tempat apapun akan nyaman buatnya,” jawab pemilik penginapan. “Dia adalah salah satu sobat pedesaan yang dapat tidur di tempat jerami dan makan dengan kuda.”

Pelancong segera ada dipintu. Dia berpakaian dengan sederhana dan dengan rambut merah –coklat dan lumpur terciprat diwajahnya, terlihat seperti orang kampung pekerja keras yang baru saja dari hutan.

“Apakah ada kamar disini untuk saya?” dia bertanya pada pemilik penginapan. Sekarang pemilik penginapan membanggakan dirinya karena menjaga hotel kelas-satu, dan dia takut tamunya tidak akan menyukai pelancong yang terlihat kasar. Sehingga dia menjawab:”Tidak pak, Setiap kamar sudah penuh, Satu tempat yang bisa saya berikan adalah gudang.”

“ Baiklah, kalau begitu,” jawab orang asing,” saya akan lihat apa yang dapat anda lakukan untuk saya di Planters’Tavern, berputar ke sudut; dan dia menunggang jauh.

Sekitar satu jam kemudian, seorang dengan pakaian rapi datang ke hotel dan berkata,” saya berharap bertemu dengan Mr.Jefferson.”

"Mr. Jefferson!" kata pemilik penginapan.

“Ya, pak. Thomas Jefferson, wakil presiden Amerika Serikat.”

“Dia tidak disini.”

“Oh seharusnya dia ada. Saya bertemu dengannya saat dia menunggang masuk ke kota, dan mengatakan niatnya untuk berhenti di hotel ini. Dia kesini sekitar satu jam lalu.”

“Tidak, dia belum. Orang yang kesini untuk menginap sehari hanya seorang tua bodoh yang bercipratan lumpur sehingga anda tidak dapat melihat mantelnya. Saya mengirimnya ke Planters.”

“Apakah dia memiliki rambut merah-coklat, dan dia menunggang kuda abu-abu ?”
“Ya, dan cukup tinggi.”

“Itu adalah Mr.Jefferson,” kata pria itu.

“Mr.Jefferson!” teriak pemilik penginapan. “Apakah dia wakil presiden?

Kesini Dick! Buatlah kamar terbaik. Taruh semuanya dalam pesanan yang sangat baik,
Betapa bodohnya saya, saya akan menjemput Mr.Jefferson! dia akan memiliki semua kamar terbaik di rumah dan kamar tamu juga, saya akan pergi ke Planters dan menjemputnya kembali.

Jadi dia pergi ke hotel lainnya dimana dia menemukan wakil presiden duduk dengan beberapa teman di kamar tamu.

“Mr.Jefferson,” katanya,” saya datang untuk meminta maaf. Anda terlalu terciprat dengan lumpur sehingga saya pikir anda hanya beberapa petani tua. Jika anda datang kembali ke rumah saya, anda akan mendapatkan kamar terbaik, -- ya semua kamar yang anda inginkan. Apakah anda mau datang?”

“Tidak,” jawab Mr.Jefferson. “Seorang petani seperti halnya sama dengan pria lainnya; dan dimana tidak ada kamar untuk seorang petani, maka disana juga tidak ada kamar untuk saya.”

PAKU SEPATU KUDA

I

Seorang pandai besi memakaikan sepatu seekor kuda.

“Pasang sepatunya cepat, raja berharap menungganginya di peperangan,” kata tukang kuda yang membawanya.

“Apakah kamu pikir akan ada perang?” tanya pandai besi.

“Hampir dipastikan, dan sangat segera juga,” jawab pria itu. “Musuh raja sekarang mempercepat, dan mereka siap berperang. Hari ini akan diputuskan apakah Richard atau Henry yang akan menjadi raja Inggris.”

Pandai besi pergi ke pekerjaannya. Dari gudang besi dia membuat empat sepatu kuda. Dia memukulnya dan membentuknya dan mengepaskan pada kaki kuda. Kemudian dia mulai memasangkannya.

Tetapi setelah dia memasang dua sepatu, dia menemukan bahwa dia tidak cukup paku pada dua lainnya. “Saya hanya punya enam paku,”katanya,” dan ini akan membutuhkan sedikitwaktu untuk memukul keluar sepuluh lebih.”

“Oh, baiklah,” kata tukang kuda, “apakah enam paku bisa? Taruh tiga disetiap sepatunya. Saya mendengar terompet sekarang. Raja Richard tidak akan sabar.”

Tiga paku pada setiap sepatu akan menahan mereka,” kata pandai besi. “Ya, saya pikir mungkin beresiko.”

Jadi dengan cepat dia menyelesaikan pemakaian sepatu dan tukang kuda bergegas membawa kuda pada raja.

II

Perang sudah mengamuk untuk beberapa saat. Raja Richrad menunggang kesana kemari dan kasana kemari, menyoraki orang-oanganya dan bertarung melawan musuhnya. Lawannya, Henry, yang berharap menjadi raja, menekannya dengan keras.

Jauh disana, pada sisi medan yang lain, Raja Richard melihat orang-orangnya mundur kebelakang. Tanpa pertolongannya mereka akan segera terpukul. Sehingga dia menunggang kudanya untuk membantu mereka.

Dia sangat susah separuh jalan menyebrang medan berbatu saat sepatu kudanya terlepas. Membuat pincang kuda pada sebuah batu, kemudian sepatu yang lainnya mulai lepas. Kuda tersandung, dan penunggang dengan beratnya jatuh ke tanah.

Sebelum raja bangkit, kudanya yang ketakutan, walaupun pincang, berlari dengan cepat. Raja melihat dan prajuritnya dipukul dan perang ada dimana saja mulai melawannya.

Dia melambaikan pedangnya ke udara. Dia berteriak,”Seekor kuda! Seekor kuda! Kerajaanku untuk seekor kuda.” Tetapi tidak ada kuda untuknya. Prajuritnya bermaksud melarikan diri untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Mereka tidak dapat memberikan dia pertolongan.

Peperangan telah dikalahkan. Raja Richard kalah. Henry menjadi raja Inggris.

“Karena ketiadaan sebuah paku, sepatu hilang;
Karena ketiadaan sepatu, kuda hilang;
Karena ketiadaan kuda, perang kalah;
Karena kegagalan perang, kerajaan hilang;
Dan semua kaena ketiadaan paku sepatu kuda.”

Richard ketiga adalah salah satu raja terburuk Inggris. Henry Duke of Richmond, membuat perang dan mengalahkannya dalam perang yang besar.

CERITA SERIGALA YANG LAIN

“Serigala! Serigala! Serigala!”

Tiga petani berjalan menyeberangi ladang dan melihat dengan semangat untuk jejak di tanah yang lembek. Seseorang membawa senjata, dan seseorang memegang garpu rumput dan yang ketiga memegang kampak.

“Serigala! Serigala! Serigala!, mereka berteriak, saat bertemu dengan petani lain yang datang keluar dari bukit.

“Dimana? Dimana?” tanyanya.

“Kami tidak tahu,” jawabnya,” tetapi kami melihat jejaknya dibwah sana pada selokan. Itu adalah serigala tua yang sama yang bersembunyi disekitar sini sepanjang musim dingin.”

“Dia membunuh tiga domba saya semalam,”kata seseorang yang namanya David Brown.

“Dia sudah membunuh sebanyak dua puluh sejak musim dingin dimulai,” Kata Thomas
Tanner.

Bagaimana anda mengetahui hanya satu binatang liar yang melakukan semua kekacauan ini?” tanya petani keempat yang bernama Israel Putnam.


“Karena jejaknya selalu sama,” jawab David Brown.” Mereka memperlihatkan tiga jari kaki yang hilang dari kaki depan kiri.

“Dia sudah tertangkap dalam jebakan beberapa waktu lalu, saya kira,” kata Putnam.

“Samuel Stark melihatnyadi suatu pagi,” kata Tanner. “ Dia mengatakan dia adalah monster; dan berlari kedepan bukit dengan seekor domba kecil dimulutnya. Mereka mengatakan dia memiliki keluarga serigala muda diatas sana; dan itu sebabnya dia membunuh banyak domba.”

“Sini ada jejaknya lagi,” kata Putnam.

Mereka dapat terlihat sangat sederhana, karena disini tanahnya cukup berlumpur. Keempat orang tersebut mengikuti mereka untuk beberapa jauh dan kemudian kehilangan mereka pada sisi bukit.

“Biarkan kami memanggil tetangga bersama dan memiliki perburuan serigala yang besar besok.” Kata Putnam. “ Kita harus mengakhiri pembunuhan domba ini.”

Semua orang yang lain setuju, dan mereka berpisah.

II

Hari berikutnya dua puluh satu laki-laki dan anak laki-laki datang bersama-sama untuk perburuan serigala yang besar. Mereka menjejak binatang tersebut ke mulut sebuah gua, jauh ke atas bukit.

Mereka berteriak dan melempar batu ke gua. Tetapi serigala terlalu pintar untuk menunjukkan dirinya. Dia berada tersembunyi diantara beberapa batu, dan tidak ada yang membuatnya bergerak.

“Saya akan mengambilnya keluar,” kata Israel Putnam.

Gua yang terbuka hanya lubang yang sempit antara dua batu.
Putnam membungkuk kebawah dan melihat kedalam. Sangat gelap disana, dan dia tidak dapat melihat apapun.

Kemudian dia mengikat tali sekeliling pinggangnya dan berkata pada temannya,” Pegang pada yang lain sampai akhir, nak. Saat saya terenggut, dorong saya keluar secepat yang kamu bisa.” Dia kebawah dengan tangan dan lututnya dan merayap kedalam gua. Dia merayap sangat pelan dan berhati-hati.

Akhirnya dia melihat sesuatu dalam segelapan yang terlihat seperti dua bola api. Dia tahu, itu adalah mata serigala. Serigala memberinya eraman pelan dan siap bertemu dengannya.

Putnam memberikan tarikan yang cepat dan temannya mendorongnya keluar dengan sangat buru-buru. Mereka takut bahwa serigala mengenainya; tetapi dia berharap hanya untuk mendapatkan senjatanya.

Segera dengan senjata di satu tangan, dia bergerak pelan-pelan ke dalam gua. Serigala melihatnya. Dia mengeram dengan keras dimana orang-orang diluar ketakutan. Tetapi Putnam tidak takut. Dia mengangkat senjatanya dan menembak hewan yang besar. Saat temanya mendengar senjata mereka menarik tali dengan cepat dan menariknya keluar. Itu tidak menyenangkan saat didorong keluar melewati batu yang tajam pada jalan; tetapi itu lebih baik daripada digigit serigala. Putnam mengisi senjatanya lagi.

Kemudian dia mendengar. Tidak ada suara dalam gua, Mungkin serigala menunggu untuk loncat ke dirinya. Dia merangkak kedalam gua untuk ketiga kalinya. Tidak ada bola api yang terlihat sekarang. Tidak ada eraman marah terdengar. Serigala telah mati.
Putnam tinggal dalam gua cukup lama sehingga temannya mulai memperingatkannya. Setelah beberapa saat, bagaimanapun, dia menarik tali dengan cepat. Para pria dan anak laki-laki mendorongnya keluar dengan segala kekuatan mereka; dan Putnam dan serigala ditarik keluar bersama-sama.

Ini terjadi pada saat Israel Putnam seorang pemuda. Saat Perang Revolusioner dimulai dia adalah salah satu yang bergegas ke Boston untuk menolong orang-orang yang mempertahankan diri mereka sendiri terhadap prajurit Inggris. Dia menjadi seorang yang terkenal dengan keberaniannya dan salah satu jendral terbaik yang berperang untuk membebaskan Amerika.

BOCAH DAN SERIGALA

Di Perancis, suatu waktu hiduplah seorang yang sangat terkenal yang dikenal sebagai Marquis de Lafayatte. Pada saat masih anak-anak ibunya memanggilnya Gilbert.

Ayah Gilbert de Lafayette dan kakeknya dan buyut-buyutnya telah menjadi pemberani dan seorang bangsawan. Dia sangat bangga untuk memikirkan dirinya dan berharap dia akan tumbuh seperti mereka,

Rumahnya di pedesaan tidak jauh dari hutan yang besar. Seringkali, saat dia masih anak-anak, dia mengambil jalan panjang diantara pohon dengan ibunya.

“Ibu,” dia akan berkata,”jangan takut. Saya bersama ibu dan saya tidak akan membiarkan sesuatu melukai ibu.”

Suatu hari pesan datang bahwa serigala liar terlihat didalam hutan. Orang itu mengatakan bahwa ada seekor serigala yang besar dan telah membunuh beberapa domba petani.

“Bagaimana saya dapat menemukan serigala itu”, kata Gilbert kecil.

Dia baru berumur tujuh tahun tetapi sekarang semua pikirannya adalah tentang binatang liar jahat yang ada dalam hutan.

“Dapatkah kita berjalan pagi ini?” tanya ibunya.
“Oh, ya!” kata Gilbert. “Mungkin kita dapat melihat serigala itu diantara pepohonan.
Tetapi jangan takut.


Ibunya tersenyum, dia merasa cukup yakin tidak ada bahaya.

Mereka tidak pergi jauh dalam hutan. Ibunya duduk di bayangan pohon dan mulai membaca buku baru yang dia beli sehari sebelumnya. bocah itu bermain di rumput didekatnya.

Matahari hangat. Lebah berdengung diantara bunga. Burung kecil bernyanyi lembut. Gilbert melihat keatas dari permainannya dan melihat ibunya sangat dalam tertarik dengan bukunya.

“Sekarang untuk serigala!” katanya ke dirinya sendiri.

Dia berjalan dengan cepat, tetapi sangat tenang, turun jalur ke pohon yang gelap. Dia mencari dengan semangat ke sekeliling, tetapi yang dilihat hanya tupai membongkar pohon dan kelinci berharap menyebrang jalan.

Segera dia datang ke tempat yang lebih liar. Ada semak yang sangat dekat bersama dan jalan kecil ke ujung. Dia mendorong semak kesamping dan pergi sedikit lebih jauh. Bagaimanapun masih seperti sebelumnya!

Dia dapat melihat ruang terbuka hijau; dan kemudian pohon terlihat lebih tebal dan gelap.”Ini hanya tempat untuk serigala,” pikirnya.

Kemudian, pada suatu kali, dia mendengar langkah kaki, sesuatu mendorong jalannya melalui semak. Ini akan mendatanginya.

“Ini adalah serigala saya yakin! Ini tidak akan melihat saya sampai dia datang sangat dekat.
Kemudian aku akan meloncat keluar dan melemparkan tangan saya disekeliling lehernya dan mencekiknya sampai mati.
Binatang itu datang lebih dekat, dia dapat mendengar langkah kakinya. Dia mendengar nafas berat. Dia masih berdiri dan menunggu.

“dia akan mencoba untuk menggigit saya,” pikirnya. “mungkin dia akan mencakar saya dengan kukunya yang tajam. Tetapi saya akan berani. Saya tidak akan menangis. Saya akan mencekiknya dengan tangan saya yang kuat. Kemudian menjatuhkannya keluar semak dan memanggil ibu untuk datang dan melihat.

Binatang liar itu sangat dekat dengannya sekarang. Dia dapat melihat bayangan seperti mengintip melalui kumpulan daun. Nafasnya bergerak cepat. Dia bertumpu pada kakinya dengan kuat dan siap untuk lepas.

“Betapa bangganya ibu nanti dari anaknya yang pemberani!”

Ah! Disana serigalanya! Dia melihat kepalanya bergetar dan mata besarnya berputar. Dia melompat dari tempat persembunyiannya dan mengunci disekeliling lehernya.

Dia tidak mencoba untuk menggigit atau mencakar. Dia bahkan tidak mengeram. Tetapi melompat dengan cepat kedepan dan melempar Gilbert ke tanah. Kemudian dia berlari keluar ke ruang terbuka dan berhenti untuk memandangnya.

Gilbert segera berdiri. Dia tidak terluka sama sekali. Dia melihat binatang itu, dan binatang apa yang anda pikir tadi?

Itu bukan serigala. Itu hanya seekor anak sapi peliharaan yang datang kesana untuk makan diantara semak.

Bocah itu sangat malu. Dia segera kembali ke jalan dan berlari ke ibunya. Airmata di matanya; tetapi dia mencoba untuk terlihat berani.

“O Gilbert dari mana saja kamu?” kata ibunya.

Kemudian dia menceritakan apa yang sudah terjadi. Bibirnya gemetar dan mulai menangis.



“Tidak apa-apa, sayangku,” kata ibunya.”kamu sudah sangat berani tadi, dan beruntung tidak ada serigala disana. Kamu menghadapi apa yang kamu anggap bahaya besar, dan kamu tidak takut. Kamu adalah pahlawan saya.”

Pada saat rakyat Amerika berperang untuk membebaskan mereka dari aturan raja Inggris, Marquis de Lafayatte membantu mereka dengan orang-orang dan uangnya. Dia adalah teman Washington. Namanya diingat dalam negara Amereika sebagai pria pemberani dan terhormat.

PERJALANAN TENGAH MALAM

Dengar, anak-anakku, dan kamu akan mendengar

Pada perjalanan tengah malam dari Paul Revere.

Perjalanan tengah malam Paul Revere terjadi beberapa waktu yang lalu pada saat Amerika dipimpin oleh raja Inggris.

Ada ribuan prajurit Ingris di Boston. Raja telah mengirimkan mereka kesana untuk membuat orang-orang mematuhi hukumnya yang tidak adil. Prajurit tersebut menjaga jalan di kota; mereka tidak akan membiarkan seorangpun keluar atau datang tanpa ijin mereka.

Orang-orang tidak menyukainya. Mereka berkata,” Kita memiliki hak untuk menjadi orang merdeka, tetapi raja memperlakukan kita sebagai budak. Dia membuat kita membayar pajak dan tidak memberikan kita apa-apa sebagai balasan. Dia mengirimkan prajuritnya diantara kita untuk mengambil kemerdekaan kita.

Seluruh rakyat tergerak. Orang pemberani meninggalkan rumah mereka dan bergegas ke Boston.

Mereka berkata, “Kita tidak mengharapkan perang melawan raja tetapi kami adalah orang yang merdeka dan dia seharusnya tidak mengirimkan prajuritnya untuk menindas kami. Jika orang-orang Boston harus berjuang untuk kebebasan mereka, kami akan membantu mereka.”

Orang-orang tersebut tidak takut pada prajurit raja. Beberapa dari mereka berkemah di Charlestown, sebuah desa dekat Boston. Dari bukit Chalestown mereka dapat melihat apa yang dilakukan prajurit raja.

Mereka berharap untuk siap mempertahankan diri mereka sendiri, jika prajurit mencoba untuk melukai mereka. Untuk alasan ini mereka telah membawa mesiu dan menyimpannya di Concord, kira-kira dua puluh satu mil jaraknya.

Pada saat prajurit raja mendengar mesiu ini, mereka berfikir untuk pergi keluar dan mendapatkannya untuk mereka sendiri.

Diantara pengamat di Charlestown ada seorang pemuda pemberani bernama Paul Revere. Dia siap melayani negaranya dengan berbagai cara yang dia bisa lakukan.
Suatu hari seorang temannya yang tinggal di Boston datang mengunjunginya. Dia datang sangat tenang dan rahasia, untuk kabur dari prajurit.

“Saya punya sesuatu untuk diberitahukan kepadamu,” katanya. “Beberapa dari prajurit raja akan pergi ke Concord untuk mendapatkan mesiu yang ada disana. Mereka akan siap memulainya larut malam nanti.”

“Tentu saja!” kata Paul Revere.”Mereka sebaiknya menemukan tidak ada mesiu, jika saya dapat membantunya. Saya akan menggerakkan semua petani antara sini dan Concord, dan semua pengikut akan memiliki waktu pengejaran untuk itu. Tetapi kamu harus membantu saya.”

“Saya akan lakukan yang saya bisa,” kata temannya.

“Kalau begitu,” kata Paul Revere, “kamu harus pergi ke Boston dan awasi.
Awasi dan begitu prajurit siap memulai, gantung lentera pada menara tua North Church. Jika mereka menyebrang sungai, gantungkan dua. Saya disini, siap. Segera setelah saya melihat cahaya, saya akan menunggang kuda saya dan menungganginya keluar untuk memberi alarm.”

Dan itulah yang dilakukan.
Pada saat malam datang, Paul Revere berada di sisi sungai dengan kudanya. Dia melihat kesekeliling Boston. Dia tahu dimana North Church berdiri, tetapi dia tidak dapat melihat banyak dalam kegelapan.

Jam demi jam dia berdiri dan melihat. Kota yang terlihat masih ada; tetapi sekarang dan kemudian dia dapat mendengar drum yang dipukul atau sorak sorai beberapa prajurit.

Bulan merah dan dengan cahayanya dia dapat melihat cahaya suram dari menara gereja, jauh sekali, dia mendengar jam sepuluh. Dia menunggu dan mengawasi.

Jam berdentang sebelas. Dia mulai merasakan lelah. Mungkin prajurit telah menyerah pada rencana mereka.

Dia berjalan dan turun ke pinggir sungai, memimpin kudanya dibelakangnya;
Tetapi dia menjaga matanya selalu kedepan ke cahaya, tanda gelap yang dia tahu adalah North Church.

Pada suatu kali cahaya berkelip dari menara.”Ah! ini dia!” dia berteriak, Prajurit telah memulainya.
Dia berbicara dengan kudanya. Dia menaruh kakinya pada behel. Dia siap menunggang.

Kemudian ada kilasan cahaya yang jelas dan terang dari sisi yang pertama. Prajurit akan menyebrangi sungai.



Paul Revere membuka dalam pelananya. Seperti burung yang yang dilepaskan, kudanya melompat. Dan mereka pergi jauh.

Mereka pergi jauh melalui jalan pedesaan dan keluar pada jalan negara. “Bangun! bangun! “ teriak Paul Revere. “Prajurit datang ! bangun! Bangun! Dan pertahankan diri masing-masing!”

Teriakan membangunkan petani; mereka melepaskan diri dari tempat tidur dan melihat keluar. Mereka tidak dapat melihat kecepatan kuda, tetapi mereka mendengar gerak jalan jauh di jalan dan mereka mengerti teriakan, “Bangun! Bangun! Dan pertahankan diri kalian masing-masing!”

“Ini adalah alarm! Mantel merah datang,”kata mereka satu dengan yang lain.
Kemudian mereka mengambil senjata mereka, kampak mereka, apapun yang dapat mereka temukan dan bergegas keluar.

Jadi sepanjang malam itu, Paul Revere menunggang ke Concord. Di setiap rumah gudang dan setiap desa dia mengulangi panggilannya.

Alarm segera tersebar. Senjata ditembakkan. Bell berbunyi. Orang-orang dari bermil-mil jauhnya dibangunkan walaupun kebakaran mengamuk.

Prajurit raja terkejut menemukan semua orang terbangun disepanjang jalan. Mereka marah karena rencananya terbongkar.

Pada saat mereka sampai di Concord, mereka membakar gedung pengadilan disana.

Di Lexington, tidak jauh dari Concord, ada perkelahian yang menyolok dimana beberapa orang terbunuh. Ini, dalam sejarah sebut Perang Lexington. Inilah awal dari perang yang disebut Perang Revolusioner. Tetapi prajurit raja tidak menemukan bubuk senjata. Mereka cukup senang untuk berbaris tanpanya. Sepanjang jalan petani menunggu mereka. Sepertinya semua orang di negara itu menunggu mereka. Dan mereka tidak merasa diri mereka sendiri aman sampai mereka sekali lagi ada di Boston.

SEBUAH PELAJARAN KERENDAHAN HATI

Satu hari sang kalif, Haroun-al-Raschid membuat sebuah perayaan yang besar. Perayaan diadakan di ruang yang teragung dari istana. Dinding dan langit-langitnya berkelip dengan emas dan permata yang berharga. Meja didekorasi dengan permata yang jarang dilihat dan tumbuhan dan bunga yang indah.

Semua bangsawan Persia dan Arabia ada disana, Banyak orang bijak dan penyair dan pemusik juga diundang.

Ditengah perayaan kalif memanggil seorang penyair, Abul Atayah, dan berkata, “ O pangeran dari pembuat sajak, tunjukkan kami keahlianmu. Gambarkan dalam sajak kegembiraan dan kemeriahan perayaan ini.”

Penyajak agak merah dan memulai: “Hidup, O kalif dan nikmati milik sendiri dalam perlindungan kemegahan istananya.”

“Itu adalah awal yang bagus,” kata Raschid.”Biarkan kami mendengar sisainya”

penyajak melanjutkan :” biarlah setiap pagi membawa anda beberapa kebahagiaan baru. Biarlah setiap malam melihat bahwa semua kebijaksanaannya telah dilakukan.”

“Bagus! Bagus!” kata kalif,”Teruskan.”

Penyajak menundukkan kepalanya dan mentatinya :” Tetapi saat waktu kematian datang, O kalif ku, kemudian aduh ! Engkau akan belajar bahwa semua kesenangan yang ada dulu hanyalah sebuah bayangan.”

Mata kalif dipenuhi dengan air mata. Perasaan mencekiknya. Dia menutupi mukanya dan menangis.

Kemudian satu dari petugas, yang duduk dekat penyair, manangis:
“Berhenti! Kalif berharap kamu untuk membuat orang tertawa dengan pikiran yang menyenangkan, dan kamu memenuhi pikirannya dengan kesedihan.

“Biarkan penyair sendiri,” kata Raschid.” Dia telah membuat saya melihat dalam kebutaan, dan mencoba membuka mata saya.”

Haroun-al-Raschid adalah yang terbesar dari semua kalif Baghdad
Dalam bukunya yang indah, disebut “Malam Arabian,” ada banyak cerita menarik tentangnya.

"BECOS! BECOS! BECOS!"

Seribu tahun yang lalu negara terbesar, di dunia adalah Mesir.

Itu adalah tanah yang indah berada pada kedua sisi sungai Nil yang indah. Didalamnya terdapat banyak kota besar; dan dari satu kota ke kota lainnya ada ladang padi-padian yang luas dan padang rumput yang baik untuk domba dan ternak.

Orang-orang Mesir sangat bangga saat itu; untuk itu mereka percaya kalau mereka adalah yang pertama dan tertua dari semua bangsa.

“Di negara kamilah laki-laki dan wanita pertama hidup,” kata mereka.
“Semua orang didunia pertamanya adalah orang Mesir.”

Raja Mesir, yang namanya adalah Psammeticus, berharap untuk memastikan apakah itu benar atau tidak. Bagaimana caranya dia mengetahui?

Dia mencoba dahulu satu rencana dan kemudian yang lainnya, tetapi tidak ada satu dari mereka yang membuktikan sesuatu sama sekali. Kemudian dia memanggil seorang yang paling bijaksana bersamanya dan menanyakan mereka, “Apakah benar orang pertama kali didunia dulunya adalah orang Mesir?”

Mereka menjawab, “kami tidak bisa memberitahu anda, O Raja; tidak ada sejarah kita yang sampai mundur sejauh itu.”

Kemudian Psammeticus masih mencoba rencana yang lain.

Dia mengirimkan keluar antara orang miskin dikota dan menemukan dua bayi kecil yang belum pernah mendengar kata diucapkan. Dia memberikannya ke seorang gembala dan memerintahkan untuk membawanya diantara dombanya, jauh dari rumah orang-orang.

“Kamu tidak boleh mengucapkan satu kata ke mereka,” kata raja;” dan kamu tidak boleh mengijinkan seseorang untuk bicara dalam pendengaran mereka.

Gembala melakukan seperti yang diperintahkan. Dia mengambil anak-anak jauh ke bukit hijau dimana kumpulan dombanya makan. Disana dia merawat mereka dengan cinta dan kebaikan; tetapi tidak ada kata yang diucapkan dalam pendengaran mereka.

Mereka tumbuh sehat dan kuat. Mereka bermain dengan domba di padang dan melihat tidak ada manusia hidup kecuali gembala.
Dua atau tiga tahun itu berlalu. Kemudian, satu malam pada saat gembala pulang ke rumah dari kunjungan ke kota, dia gembira melihat anak-anak berlari keluar menemuinya. Mereka memegang tangan mereka keatas, dan bertanya untuk sesuatu dan menangis , “Becos! becos ! becos!

Gembala memimpin mereka lembut kembali ke pondok dan memberikan mereka makan malam roti dan susu. Dia tidak mengatakan apapun kepada mereka, tetapi heran dari mana mereka mendengar kata yang aneh “becos,” dan apa artinya.

Setelah itu, kapanpun anak-anak itu lapar, mereka menangis, “Becos! Becos!becos! sampai gembala memberi mereka sesuatu untuk dimakan.
Beberapa waktu kemudian, gembala pergi ke kota dan mengatakan pada raja bahwa anak-anak telah belajar bicara satu kata, tetapi bagaimana atau dari siapa, dia tidak mengetahuinya.

“Apa kata itu?” tanya raja.

“Becos”

Kemudian raja memanggil satu dari sarjana bahasa terbijak di Mesir dan menanyakannya apa arti kata itu.

“Becos,” kata orang bijak itu,”adalah kata Phrygian dan artinya roti.”

Kemudian apa yang sebaiknya kita mengerti dari anak tersebut yang bisa mengatakan kata Phrygian yang belum pernah mereka dengar dari bibir lain?” tanya raja.

“Kita mengerti bahwa bahasa Phrygian adalah yang pertama dari semua bahasa ,” adalah jawabannya. “Anak-anak mempelajari seperti orang-orang yang pertama hidup di bumi mempelajarinya pada mulanya.

“Untuk itu,” kata raja,” harus kita simpulkan bahwa orang Phrygian adalah yang pertama dan tertua dari semua bangsa?”

“Tentu saja, “jawab orang bijak.
Dan sejak itu orang Mesir selalu berbicara dengan bahasa Phrygian sebagai suku tertua dari mereka sendiri.

Ini adalah cara aneh untuk membuktikan sesuatu, untuk, seperti yang yang orang sudah lihat, ini tidak membuktikan apapun.

KALIF DAN PENYAIR

Suatu waktu ada seorang Arab yang terkenal bernama Al Mansur. Dia adalah penguasa dari semua Arab, dan sebelumnya dipanggil kalif.

Al Mansur menyukai puisi dan sangat menyukai mendengar sajak puisi berulang kali . Kadang kala, jika sebuah puisi sangat menyenangkan, dia memberi panyair hadiah. Satu hari ada seorang penyair bernama Thalib datang ke kalif dan membawakan puisi yang panjang. Pada saat dia selesai, dia membungkuk, dan menunggu, berharap dia akan diberi hadiah.

“Apa yang ingin kamu miliki” tanya kalif, “tiga ratus keping emas, atau tiga perkataan bijaksan dari bibir saya?”
Penyair sangat berharap untuk menyenangkan kalif. Sehingga dia berkata,” Oh, tuanku, setiap orang sebaiknya memilih kebijaksanaan ketimbang kekayaan.”

Kalif tersenyum dan berkata, “ baiklah kemudian, dengarlah perkataan bijaksana pertama berbunyi : pada saat mantel kamu tanggalkan, jangan menjahitnya dengan tambalan seadanya yang baru; itu akan membuatnya jelek.”

“Oh, sayangku!” rintihan penyair.
“ Ada pergi seratus gold keping semua pada suatu waktu.” Kalif tersenyum lagi.

Kemudian dia berkata, “ dengarkan sekarang ke perkataan bijak yang kedua. Yaitu : pada saat kamu meminyaki janggut, jangan meminyakinya terlalu banyak, agar tidak mengotori baju kamu.”

“Buruk dan buruk!” rintihan penyair yang malang.”

" Ada pergi kedua ratus. Apa yang harus saya lakukan?”

“Tunggu, dan saya akan mengatakannya padamu,” kata kalif; dan dia tersenyum lagi. “Perkataan bijaksana saya yang ketiga adalah –“

“O kalif, mohon belas kasih!” tangis penyair.”Simpan potongan yang ketiga untuk kamu gunakan sendiri, dan biarkan saya memiliki emasnya.”

Kalif tertawa saat itu, dan begitu juga orang yang mendengarnya. Kemudian dia memerintahkan bendaharanya untuk membayar lima ratus pcs emas; untuk, tentu saja puisi yang dia bawakan adalah cukup baik.
Kalif, Al Mansur, hidup hampir seribu dua ratus tahun yang lalu. Dia adalah seorang yang membangun kota yang terkenal dan indah disebut Baghdad.

GEMBALA ETTRICK

Di Scotlandia, disana tinggal gembala miskin yang bernama James Hogg. Ayahnya dan kakeknya dan kakak buyutnya sudah menjadi gembala.

Ini adalah pekerjaannya untuk menjaga domba yang dimiliki oleh pemilik tanah bernama Ettrick Water. Kadang-kadang dia memiliki beberapa ratus domba untuk dijaga. Dia mengiring mereka ke bukit berumput hijau dan memperhatikan mereka hari demi hari sementara mereka makan di rumput hijau.

Dia memiliki anjing yang dipanggil Sirrah. Anjing ini menolongnya mengawasi domba. Dia akan mengarahkan mereka ke tempat yang diinginkan oleh tuannya. Kadangkala doa menjaga seluruh kawanan sementara gembala sedang beristirahat atau makan malam.

Suatu malam yang gelap James Hogg berada diatas bukit dengan kumpulan tujuh ratus domba. Sirrah bersama dengannya. Tiba-tiba datang badai. Ada petir dam kilat; angin bertiup kencang; dan hujan deras turun.

Domba-domba yang malang ketakutan. Gembala dan anjingnya tidak dapat menjaganya bersama-sama. Beberapa dari mereka lari ke timur, bebrapa ke barat, dan beberapa ke selatan.

Gembala dengan segera kehilangan pandangan pada mereka dalam kegelapan. Dengan lentera terang ditangannya, dia pergi ke bukit yang tinggi memanggil domba-dombanya.
Dua atau tiga gembala yang lainnya bergabung bersamanya mencari. Sepanjang malam mereka mencari domba-dombanya.

Pagi datang dan mereka tetap mencari. Mereka mencari ke tempat, yang mereka pikir, di setiap tempat dimana domba-domba tersebut mungkin berlindung.

Akhirnya James Hogg berkata,” tidak ada gunanya, semua yang bisa kita lakukan sekarang adalah pulang dan mengatakan pada tuan bahwa kita telah kehilangan seluruh kumpulan domba.”

Mereka telah berjalan satu atau dua mil dari rumah, saat mereka datang ke pinggir dari jurang yang sempit dan dalam. Mereka melihat kebawah, dan dibawah mereka melihat beberapa domba berimpit-impitan bersama di antara batu. Dan disanalah Sirrah berdiri menjaga semua dan mencari pertolongan disekitarnya. “itu pasti domba-domba yang terburu-buru ke arah selatan.” Kata James Hogg.

Laki-laki tersebut turun kebawah dan segara melihat kumpulan yang besar.
“Saya benar-benar yakin mereka semua ada disini,” kata gembala satunya.

Mereka menghitungnya dan terkejut menemukan bahwa tidak ada satupun dari kawanan tujuh ratus domba yang hilang.

Bagaimana Sirrah mengatur untuk mendapatkan tiga bagian yang terserak bersama-sama? Bagaimana dia mengatur untuk mengarahkan semua domba kecil yang ketakutan ke tempat ini supaya aman?

Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi tidak ada seorang gembala pun di Skotlandia yang dapat melakukan lebih baik dari yang dilakukan Sirrah malam itu.

Lama setelah itu James Hogg berkata, “ saya tidak pernah merasa begitu berterima kasih pada mahluk dibawah matahari seperti yang saya lakukan pada Sirrah pagi itu.”

Pada saat James Hogg masih anak-anak, orangtuanya terlalu miskin untuk mengirimnya ke sekolah. Dengan beberapa cara, bagaimanapun, dia belajar membaca; dan setelah itu yang dia cintai tidak ada yang sebanyak pada buku yang bagus.

Saat itu tidak ada perpustakaan didekatnya, dan sulit baginya untuk mendapatkan buku.
Tetapi dia sangat ingin belajar. Kapan pun dia dapat membeli atau meminjam sebuah jilid prosa atau sajak dia membawanya sampai dia selesai membacanya.
Sambil mengawasi kumpulannya dia menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia menyukai puisi dan segera memulai menulis puisinya sendiri. Puisi tersebut dibaca dan dikagumi oleh banyak orang.

Nama James Hogg menjadi terkenal di seluruh Skotlandia. Dia sering dipanggil gembala Ettrick, karena dia adalah penjaga gembala dekat Ettrick Water.

Banyak puisinya yang masih dibaca dan disukai anak-anak sebaik yang disukai oleh pria dan wanita yang sudah bertumbuh dewasa. Berikut ini adalah salah satunya:

Nyanyian seorang bocah
Dimana ada kolam yang terang dan dalam,
Dimana ikan trout berada tidur,
Diatas sungai dan wahai padang rumput,
Itulah jalan untuk Billy dan saya.

Dimana burung hitam bernyanyi yang terbaru,
Dimana hawthorn berkembang termanis,
Dimana kicauan mendekap dan melarikan diri,
Itulah jalan untuk Billy dan saya.

Dimana mesin pemotong rumput menyimpan padi-padian terbersih,
Dimana jerami berlebih dan paling hijau,
Disana ke jejak rumah perlombaan,
Itulah jalan untuk Billy dan saya.

Dimana sungai hazel adalah yang paling curam,
Dimana bayangan jatuh yang terdalam,
Dimana tandan kacang jatuh bebas,
Itulah jalan untuk Billy dan saya

Kenapa bocah harus mengarahkannya,
Gadis kecil dari permainan mereka,
Atau cinta ke senda gurau dan bertengkar dengan baik,
Itu adalah sesuatu yang saya tidak akan pernah katakan

Tetapi ini saya tahu, saya suka bermain
Di padang rumput, diantara jerami—
Diatas air, dan wahai padang rumput,
Itulah jalan untuk Billy dan saya

PELUIT

Dua ratus tahun yang lalu, disana tinggal di Boston seorang anak laki-laki kecil bernama Benjamin Franklin.

Pada hari itu dia berumur tujuh tahun, dan ibunya memberikannya beberapa penny.

Dia melihat gembira, potongan kuning itu dan berkata,” Apa yang sebaiknya saya lakukan dengan tembaga ini, ibu?”

Itu adalah uang pertama yang pernah dia miliki.
“kamu dapat membeli sesuatu, yang kamu inginkan,” kata ibunya.

“Dan kemudian apakah ibu akan beri lagi?” dia bertanya.
Ibunya mengelengkan kepala dan berkata:” Tidak, Benjamin. Saya tidak dapat beri kamu lagi, Jadi kamu harus hati-hati jangan membelanjakannya dengan bodoh.”

Sobat kecil ini berlari ke jalan. Dia mendengar gemerincing penny dalam kantongnya. Betapa kayanya dia.

Boston sekarang adalah kota besar, tetapi pada saat itu hanyalah sebuah kota kecil. Tidak ada banyak toko disana.
Saat Benjamin berlari ke jalan, dia bingung dengan apa yang harus dia beli. Apakah sebaiknya dia beli permen? Dia dengan susah mengetahui bagaimana rasanya. Apakah sebaiknya dia membeli mainan yang bagus? Jika dia satu-satunya anak dalam keluarga, sesuatu dapat menjadi berbeda. Tetapi ada empat belas anak laki-laki dan perempuan yang lebih tua darinya, dan dua saudara perempuan yang lebih muda.

Betapa besar keluarganya! Dan ayahnya adalah seorang yang miskin. Tidak heran jika anak laki-lakinya tidak pernah memiliki mainan.
Dia belum pergi jauh saat dia bertemu dengan anak laki-laki yang lebih besar, yang meniup sebuah peluit.
“Saya harap saya dapat memiliki peluit itu,” katanya.

Anak laki-laki yang besar itu melihatnya dan meniupkannya lagi. Oh, betapa bagusnya suara yang dihasilkan!

“aku punya beberapa penny,” kata Benjamin. Dia memegangnya dalam tangannya dan menunjukkannya kepada anak laki-laki tersebut. “Kamu dapat memilikinya, jika kamu memberikan peluit itu.” ”Semuanya?”

“Ya, semuanya.”

“Jadi, ini adalah penawaran,” kata anak laki-laki tersebut; dan memberikan peluit itu ke Banjamin dan mengambil uangnya.

Benjamin Franklin kecil sangat bahagia; dia baru tujuh tahun. Dia berlari ke rumah secepat yang dia bisa, meniup peluitnya saat berlari.

“Lihat, ibu,” katanya,”Saya membeli sebuah peluit.”

“Berapa harga yang kamu bayar untuk membelinya?”

“Semua penny yang ibu berikan.”

"Oh, Benjamin!"

Satu dari saudara laki-lakinya memintanya untuk melihat peluitnya.

“well,well!” katanya.”kamu membayar harga yang mahal untuk barang seperti ini. Ini hanya peluit satu penny, dan jelek untuk itu."

“kamu dapat membeli setengah lusin peluit seperti itu dengan uang yang ibu berikan,”kata ibunya.

Anak laki-laki itu melihat kesalahan yang dia buat. Peluit tidak lagi membuatnya senang. Dia melemparnya ke lantai dan mulai menangis.


“Tidak apa-apa, anakku,” kata ibunya, dengan lembut. “Kamu hanya anak laki-laki kecil tujuh tahun, dan kamu akan mempelajari transaksi besar saat kamu bertumbuh besar. Pelajaran yang kamu pelajari hari ini adalah jangan bayar terlalu mahal untuk sebuah peluit.” Benjamin Franklin hidup menjadi pria yang sangat tua tetapi dia tidak pernah melupakan pelajaran itu.

Setiap anak laki-laki dan perempuan pasti ingat nama Benjamin Franklin. Dia adalah seorang pemikir besar dan pelaku hebat, dan bersama dengan Washington dia menolong negara Amerika merdeka. Hidupnya seperti tidak ada seseorang yang mengatakan ,”Ben Franklin memperlakukan saya tidak adil.”

MENULIS KARANGAN

“Anak-anak, be-sok saya harap anda semua menulis karangan,” kata guru dari Sekolah Love Lane.” Kemudian, pada hari Jum’at siapa yang sudah menyelesaikannya yang terbaik akan maju dan membaca karangannya di sekolah.

Beberapa anak senang, dan beberapa lainnya tidak.
“Apa yang harus kita tulis?” tanya mereka.

“kamu dapat memilih beberapa subjek yang paling kamu sukai,” kata gurunya.

Beberapa dari mereka berfikir tentang “Rumah” sebagai subjek yang bagus. Yang lainnya menyukai “Sekolah.” Satu anak laki-laki kecil memilih “Kuda”. Dan seorang gadis kecil akan menulis tentang “Musim Panas.”

Hari berikutnya, setiap murid kecuali satu sudah menulis karangan.

"Henry Longfellow," kata gurunya, kenapa kamu tidak menulis?"
“Karena saya tidak tahu bagaimana,” jawab Henry. Dia hanya seorang anak.

Kata gurunya , “Tapi kamu bisa menulis kata, bisa atau tidak?”
“Iya, pak,” kata anak laki-laki tersebut.
“Setelah kamu menulis tiga atau empat kata, kamu dapat menggabungkannya bersama-sama, tidak bisakah kamu?”

“Iya, pak; saya kira begitu.”
“jadi, sekarang,” kata gurunya, “kamu ambil alat tulis dan pergi kebelakang sekolah setengah jam. Pikirkan sesuatu untuk ditulis, dan tulis kata pada alat tulismu. Kemudian coba katakan apa itu, seperti apa, apa kegunaannya dan apa yang dilakukan dengannya. Itulah cara untuk menulis sebuah karangan.

Henry mengambil alat tulisnya dan pergi keluar. Dibelakang sekolah ada gudang Mr. Finney. Cukup dekat dengan gudang ada taman. Dan didalam taman, Henry melihat sebuah lobak Cina.

“jadi, saya tahu sekarang apa itu,” katanya pada dirinya; dan menuliskan kata lobak pada alat tulisnya. Kemudian dia mencoba untuk mengatakan sepeti apa, kegunaannya, dan yang bisa dilakukan dengannya.

Sebelum setengah jam berakhir dia sudah menuliskan karangan yang rapi pada alat tulisnya. Kemudian dia pergi ke kelas dan menunggu sementara gurunya membacanya.

Gurunya sangat terkejut dan senang. Katanya, “ Henry Longfellow, kamu melakukannya dengan sangat baik sekali. Hari ini kamu boleh maju sebelum sekolah dan membaca apa yang kamu tulis tentang lobak.”


Beberapa tahun setelah itu, beberapa sajak kecil lucu tentang gudang Mr. Finney dicetak di koran. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka ada pada saat Henry Longfellow menulis pada alat tulisnya hari itu disekolah.

Tetapi itu tidak benar. Karangan Henry tidak dalam bentuk sajak. Segera saat dibaca ke sekolah, dia menggosok alat tulisnya, dan itu terlupakan. Mungkin anda ingin membaca sajak lucu tersebut. Ada dibawah ini, tetapi anda tidak boleh, tidak boleh_, tidak boleh berfikir bahwa Henry Longfellow yang menulisnya.

Mr. Finney punya sebuah lobak
Dan tumbuh, dan tumbuh;
Lobak tumbuh dibelakang gudang
Dan lobak tidak berbahaya.

Dan lobak bertumbuh, dan bertumbuh,
Sampai lobak tidak dapat lebih tinggi;
Kemudian Mr.Finney mengambilnya,
Dan menaruhnya di gudang.

Disana diletakkan, disana diletakkan,
Sampai mulai membusuk;
Kemudian Susie Finney mencucinya
Dan menaruhnya dalam belanga.

Dia merebusnya, dan merebusnya,
Sepanjang yang dia bisa;
Dan Mrs.Finney mengambilnya,
Dan meletakkannya di meja.

Mr.Finney dan istrinya
Berdua duduk untuk makan malam;
Dan mereka makan, dan mereka makan,
Mereka makan lobak.

Semua anak-anak disekolah di Amerika sudah mendengar Henry W.Longfellow. dia adalah seorang penulis puisi yang sangat dicintai. Dia menulis” The Village Blacksmoth,””The Chlidren’s Hour,” dan banyak lainnya yang anda akan suka membacanya dan ingat.

BERBICARA SEPOTONG

Dua anak-anak, saudara laki-laki dan saudara perempuan, mereka sedang berjalan ke sekolah. Mereka berdua sangat kecil. Yang laki-laki berusia empat tahun dan yang perempuan belum genap enam tahun.

”Ayo, Edward kita harus buru-buru,” kata saudara perempuannya. “ Kita tidak boleh terlambat.” Dengan satu tangannya, saudara laki-lakinya melekat pada tangan saudara perempuannya dan tangan lainnya memegang bawaannya.

Bawaannya hanyalah bukunya, dan dia sangat menyayanginya. Cover bukunya berwarna biru terang, yang sangat hati-hati supaya tidak terkena kotor. Dan didalamnya ada beberapa gambar kecil yang aneh, yang dia tidak pernah lelah melihatnya.
Edward dapat mengeja hampir semua kata pada bawaannya dan dia dapat membaca cukup baik.

Sekolahnya berjarak lebih dari satu mil dari rumah mereka, dan anak-anak berderap secepat kaki kecil mereka dapat membawa mereka.

Pada satu tempat dimana ada dua jalan bersilangan, mereka melihat seorang pria tinggi datang menemui mereka. Dia berpakaian hitam dan memiliki wajah yang sangat menyenangkan.

"Oh, Edward, itu Mr. Harris!" bisik perempuan kecil itu. “ Jangan lupa tata karma.”

Mereka sangat senang melihat Mr.Harris, karena dia adalah kepala sekolah. Mereka berhenti disisi jalan dan menunjukkan kesopanan mereka. Edward membungkuk, dan kakaknya juga membungkuk.

“Selamat pagi anak-anak!” kata kepala sekolah; dan dengan baiknya menjabat tangan keduanya.

“Saya punya sesuatu disini untuk si kecil Edward,” katanya. Kemudian dia mengambil dari kantongnya selembar kertas dimana beberapa sajak ditulis.

“Lihat ! ini adalah pidato kecil yang pernah saya tulis untuknya. Gurunya segera menyuruhnya berbicara sepotong di sekolah, dan saya yakin dia dapat belajar dengan mudah dan berbicara dengan baik juga”

Edward mengambil kertas itu dan berterima kasih atas kebaikan kepala sekolah.
“Ibu akan membantunya mempelajari ini”, kata kakaknya.
“Ya, saya akan coba untuk mempelajarinya,” kata Edward.

“Lakukanlah, anakku,”kata kepala sekolah” dan saya harap pada saat kamu bertumbuh kamu akan menjadi pria bijaksana dan orator hebat.”

Kemudia kedua anak itu segera ke sekolah.
Pidatonya tidak sulit untuk dipelajari dan Edward segera mengetahui kata didalamnya. Pada saat tiba waktunya untuk dia berbicara, ibunya dan kepala sekolah ada disana untuk mendengarnya.

Dia berbicara begitu baik dan membuat semua orang senang. dia melafalkan setiap kata dengan jelas, seperti dia berbicara dengan teman sekolahnya.

Apakah kamu mau membaca pidatonya? Seperti dibawah ini:

Berdoa, bagaimana saya seharusnya, seorang anak laki-laki yang kecil,
Berbicara membuat sebuah figure?
Anda hanya lelucon, yang saya takutkan—
Hanya tunggu saja sampai saya lebih besar

Tetapi sejak anda berharap mendengar bagian saya,
Mendorong saya untuk memulainya,
Saya akan berusaha keras untuk pujian dengan seluruh hati saya
Walaupun sedikit harapan untuk memenangkannya.

Saya akan beritahu sebuah kisah bagaimana petani John
seekor anak kuda jantan keturunan dauk, pak,
Yang setiap malam dan setiap pagi
Dia beri air dan dia beri makan, pak.

Kata tetangganya Joe ke Petani John,
“kamu pasti orang bodoh, pak,
Untuk menghabiskan waktu dan perhatian
Ke seekor anak kuda yang tidak berguna, pak.”

Kata Petani John ke tetangganya Joe,
“saya membawa dauk kecil saya bertumbuh
Bukan untuk betapa baiknya yang dapat dia lakukan sekarang,
Tetapi yang akan dilakukannya pada saat dia bertumbuh.”

Moral yang dapat anda lihat dengan sederhana,
Untuk menjaga kebohongan dari memanjakan
Anak kuda yang anda pikirkan adalah saya—
Saya mengetahuinya dari senyum anda.

Dan sekarang, temanku, mohon maaf
Untuk bicara saya yang pelat dan gagap;
Saya, untuk kali ini, telah melakukan yang terbaik,
Dan sehingga—saya akan menjaga kesopanan saya.

Anak laki-laki kecil itu namanya adalah Edward Everett. Dia bertumbuh dan menjadi pria terkenal dan satu dari orator terhebat.

CERITA BURUNG YANG LAIN

Peperangan yang besar telah dimulai. Meriam meledak, tidak jauh, dekat dengan tangan. Prajurit berbaris diladang tersebut. Pria dengan menunggang kuda berjalan tergesa-gase maju kedepan.

“Whiz!” sebuah bola meriam jatuh ke tanah dekat dengan kumpulan prajurit. Tetapi mereka berbaris maju kedepan. Drum dipukul, dan seruling dimainkan.

“Whiz!” bola meriam lain terbang diudara dan jatuh ke pohon yang dekat. Seorang jendral yang berani melewati ladang tersebut. Satu bola setelah yang lainnya datang berdengung didekatnya.

“Jendral, anda dalam bahaya disini,” kata seorang prajurit yang berkendara dengannya. “ anda lebih baik kebali ke tempat yang aman.”

Tetapi jendral tersebut tetap maju.
Tiba-tiba dia berhenti di kaki sebuah pohon.”Halt!” dia menangis ke pria yang bersama dengannya. Dia melompat dari kudanya dan mengambil sarang burung yang jatuh ketanah. Didalam sarang terdapat beberapa burung kecil yang baru separuh ditumbuhi bulu. Mulut mereka terbuka untuk makanan yang mereka harapkan diberikan oleh ibunya.

“ Saya tidak bisa berfikir meninggalkan burung kecil ini terinjak-injak,” kata jendral.

Dia mengangkat sarang burung dengan lembut dan menaruhnya ditempat aman pada cabang pohon.

"Whiz!" bola meriam yang lain.
Dia melompat ke sedel dan pergi dengan cepat dengan prajurit didekatnya.

"Whiz! whiz! whiz!"

Dia sudah melakukan satu pekerjaan yang baik. Dia akan mengerjakan banyak hal lainnya sebelum perang berakhir.”Boom! boom! boom!"

Meriam bergemuruh, bola meriam terbang, perang berkisar. Tetapi ditengah-tengah huru-hara dan bahaya, burung kecil berkicau bahagia di perlindungan yang aman dimana jenral besar Robert E,Lee telah tempatkan mereka.”Dia berdoa terbaik, siapa yang mencintai semua baik yang besar maupun yang kecil; untuk Tuhan yang mengasihi kita, Dia membuat dan menyayangi semua.”

MENYELAMATKAN BURUNG

Suatu hari pada musim semi, empat pria menunggang kuda di jalan. Pria tersebut adalah pengacara, dan mereka akan pergi ke kota berikutnya untuk menghadiri pengadilan.

Pada saat itu habis hujan, dan tanah sangat basah. Air bertetasan dari pohon dan rumput sangat basah.

Keempat pengacara tersebut terus menunggang, satu dibelakang yang lainnya; karena jalannya sempit dan lumpur disetiap sisi lumayan dalam. Mereka menunggang dengan pelan dan mengobrol dan tertawa dan bergembira ria.

Pada saat mereka melintasi belukar pohon-pohon kecil, mereka mendengar suara kicau kebingungan di kepala mereka dan suara yang sayup burung di rumput pada sisi jalan

"Stith! stith! stith!" berasal dari cabang pohon diatas mereka.
"Cheep! cheep! cheep!" datang dari rumput yang basah

“Ada apa disini?” Tanya pengacara pertama, yang namanya adalah Speed. “oh ini hanya beberapa burung murai yang sudah tua!” jawab pengacara kedua, yang namanya Hardin. “ angin membawa dua dari burung tersebut keluar dari sarangnya. Mereka terlalu kecil untuk terbang dan ibunya membuat keributan tentang itu.”

“Kasihan ! mereka akan mati dibawah sana di rumput,” kata pengacara ketiga yang namanya saya lupa.
“oh, ya! Mereka bukan apa-apa kecuali burung,” kata Mr. Hardin. “ kenapa kita harus repot?”
“Ya, kenapa kita harus repot?” kata Mr. Speed.

Ketiga pria tersebut, mereka melewatinya, melihat kebawah dan melihat burung yang kecil tersebut kebingungan dalam dinginnya, rumput basah. Mereka melihat ibu burung tersebut terbang dan menangis ke pasangannya.

Kemudian mereka terus berjalan, mengobrol dan tertawa seperti sebelumnya. dalam beberapa menit mereka sudah melupakan tentang burung tersebut.

Tetapi pengacara keempat, yang namanya adalah Abraham Lincoln, berhenti. Dia turun dari kudanya dan dengan lembut mengambil burung yang kecil itu dengan tangannya yang besar dan hangat.
Mereka tidak terlihat takut, tetapi berkicau lembut, sepertinya mereka tahu mereka akan selamat.
“Tidak apa-apa, sobat kecil,” kata Mr.Lincoln “ aku akan menaruh kamu di tempat tidur kecilmu yang nyaman.”
Kemudian dia melihat keatas untuk menemukan sarang dimana mereka jatuh. Itu tinggi, dan lebih tinggi dari yang bisa dia capai.

Tetapi Mr. Lincoln memanjat. Dia sudah memanjat banyak pohon pada saat dia masih anak-anak. Dia menaruh burung tersebut pelan-pelan, satu per satu ke rumah hangat mereka. Dua bayi burung ada disana yang tidak ikut terjatuh. Semua berdekatan bersama-sama dan mereka sangat senang.

Segera ketiga pengacara yang sudah berjalan didepan berhenti untuk memberi air pada kuda mereka.

“Dimana Lincoln?” tanyanya.
Semua terkejut mengetahui bahwa beliau tidak ada bersama dengan mereka.
“Apakah kalian ingat burung tadi?” kata Mr.Speed. “kemungkinan besar dia berhenti untuk menjaga mereka.”

Dalam beberapa menit Mr. Lincoln bergabung dengan mereka. Sepatunya dipenuhi dengan lumpur; mantelnya terkena duri dari pohon berduri.
“Hello, Abraham!” kata Mr.Hardin. “Dari mana saja kamu?”
“Aku berhenti semenit untuk mengembalikan burung tersebut ke ibunya,” jawabnya.
“Kami selalu berfikir kau adalah seorang pahlawan,” kata Mr.Speed.” Sekarang kami mengatahuinya.”

Kemudian semua ketiga dari mereka tertawa dengan sepenuh hati. Mereka berfikir sungguh bodoh untuk seorang pria yang kuat harus repot hanya untuk burung kecil yang tidak berharga.
“Tuan-tuan,” kata Mr.Lincoln, “Saya tidak akan bisa tidur semalaman, jika saya membiarkan burung-burung kecil tersebut tanpa pertolongan untuk mati dalam rumput yang basah.

Sesudah itu Abraham Lincoln menjadi pengacara yang sangat terkenal dan negarawan. Dia terpilih sebagai presiden. Setelah Washington dia adalah seorang Amerika yang terhebat.

Sumber:FIFTY FAMOUS PEOPLE A BOOK OF SHORT STORIES
BY JAMES BALDWIN