Selasa, 04 Mei 2010

KEKASIH SESEORANG

Di timur yang jauh, hiduplah seorang pangeran yang bernama Gautama. Dia tinggal di istana mewah dimana semuanya dapat memberikan kesenangan. Adalah harapan bagi ayah dan ibunya bahwa setiap hari hidupnya harus menjadi suatu hari bahagia yang sempurna.

Sehingga pangeran ini bertumbuh menjadi seorang pemuda, tinggi, dan baik dan anggun. Dia belum pernah pergi keluar dari tamannya yang indah yang mengelilingi istana ayahnya. Dia belum pernah melihat ataupun mendengar duka atau penyakit atau kemiskinan. Semua yang jahat atau perselisihan di jaga keluar dari pandangannya. Dia hanya mengetahui hal-hal yang memberikan sukacita dan kesehatan dan kedamaian.

Tetapi suatu hari setelah dia dewasa, dia berkata: katakan pada saya tentang dunia besar dimana, seperti yang kamu katakan; dan saya berharap tahu semua tentangnya.”

“Ya, itu adalah tempat yang indah,” jawabnya. “Didalamnya ada sejumlah pohon dan bunga dan sungai dan air terjun dan yang lainnya yang membuat hati senang.”

“Maka besok saya akan pergi keluar dan melihat beberapa hal itu,” katanya.

Orang tua dan teman-temannya memohon supaya dia tidak pergi. Mereka mengatakan ada hal-hal indah di rumah ---kenapa pergi untuk melihat lainnya yang kurang indah? Tetapi saat mereka melihat bahwa dia sudah memutuskan untuk pergi, mereka tidak berkata apapun.

Pagi berikutnya, Gautama duduk di keretanya dan menunggangnya keluar dari istana ke satu jalan di kota. Dia melihat dengan heran di rumah pada sisi yang lain, dan pada wajah anak-anak yang berdiri di jalan pintu saat dia melewatinya. Saat pertama dia tidak melihat sesuatu yang menggangunya; untuk kita pergi didepannya untuk menghilangkan pandangan apapun yang mungkin tidak menyenangkan atau menyakitkan.

Segera keretanya kembali ke jalan yang lain---sebuah jalan yang kurang dijaga hati-hati. Disana tidak ada anak-anak di pintu. Tetapi tiba-tiba, di tempat sempit, dia bertemu dengan seorang yang sangat tua, berjalan pincang disepanjang jalan berbatu.

“Siapa orang itu?” tanya Gautama,” dan kenapa wajahnya begitu kurus dan rambutnya begitu putih? Kenapa kakinya gemetar saat dia jalan, bersandar pada sebuah tongkat? Dia terlihat lemah, dan matanya tidak tajam. Apakah dia jenis orang baru?”

“Pak,” jawab pelatihnya,”Itu adalah seorang yang tua. Dia hidup lebih dari delapan puluh tahun. Semua yang sudah mencapai umur itu akan kehilangan kekuatan mereka dan menjadi seperti dirinya, lemah dan abu-abu.”

“kesusahan!” kata pangeran. “itu adalah kondisi yang akan tiba pada saya?”

“JIka kamu hidup cukup lama,” jawabnya.

“Apa maksudmu dengan itu? tidak semua orang akan hidup delapan puluh tahun ----ya waktu yang lama delapan puluh tahun?”

Pelatih itu tidak menjawab, tetapi terus berjalan kedepan.
Mereka melewati keluar pedesaan terbuka dan melihat pondok orang-orang miskin. Dari salah satu pintu ada seorang yang sakit yangberbaring di dipan, tanpa pertolongan dan masih muda.

Kenapa orang itu berbaring disana pada waktu hari seperti ini?” tanya pangeran. “Wajahnya putih dan dia terlihat sangat lemah. Apakah dia juga orang yang sudah tua?”

“Oh tidak! Dia sedang sakit,” jawab pelatihnya.”Orang miskin sering sakit.” “Apa maksudmu?” tanya pangeran itu. “kenapa mereka sakit?”

Pelatih menjelaskan sebaik yang dia bisa; dan mereka berjalan ke depan.

Segera mereka melihat sekumpulan orang bekerja keras di sisi jalan. Wajah mereka terbakar matahari; tangan mereka keras; punggung mereka bungkuk dengan membawa beban; pakaian mereka sobek-sobek.

“Siapa orang itu, dan kenapa wajah mereka terlihat tidak gembira?” tanya pangeran. “ Apa yang mereka lakukan di sisi jalan?”

“Mereka adalah orang miskin, dan mereka sedang bekerja untuk membangun jalan raja,”jawabnya.

“Orang miskin? Apa artinya?”
“Kebanyakan orang di dunia adalah miskin,” kata pelatih. “Mereka hidup untuk bekerja untuk orang-orang kaya. Mereka sedikit gembira; dengan banyak dukacita.

“Dan apakah ini kebesaran, keindahan, dunia bahagia yang tentangnya diberitahukan pada saya?” teriak pangeran. “Betapa lemah dan bodohnya saya untuk hidup didalam kemalasan tidak berbuat apa-apa dan kesenangan sementara disana ada banyak kesedihan dan masalah disekitar saya. Bawa kembali kereta ini, pelatih dan bawa pulang. Mulai sekarang, saya tidak akan lagi mencari kesenangan saya sendiri. Saya akan menghabiskan seluruh hidup saya, dan memberikan apa yang saya miliki, untuk mengurangi keadaan sukar dan dukacita yang sepertinya memenuhi dunia.”

Pangeran ini melakukannya. Suatu malam dia meninggalkan istananya yang indah yang diberikan ayahnya dan pergi keluar ke dunia untuk melakukan sesuatu yang baik dan untuk menolong teman-temanya. Dan sampai hari ini, jutaan orang mengenangnya dan menghormati nama Gautama, sebagai seorang yang penuh cinta.

0 komentar:

Posting Komentar